REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan telah mengantongi 27 perusahaan yang menjadi calon emiten (pipeline). Sebagian besar di antaranya tergolong sebagai perusahaan beraset kecil dan menengah atau UKM.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan jumlah UKM yang bakal masuk bursa mencapai 60 persen dari total yang terdapat di pipeline. Sedangkan sisanya sebesar 40 persen merupakan perusahaan besar.
"Kalau di-breakdown dari sisi ukuran aset, yang di atas Rp 250 miliar atau perusahaan besar hampir 40 persen, perusahaan menengah yang berkisar Rp 50 miliar - Rp 250 miliar sebanyak 30 persen, dan usaha kecil yang dibawah Rp 50 miliar mencapai 30 persen," kata Nyoman, akhir pekam kemarin.
Menurut Nyoman, perusahaan-perusahaan tersebut berasal dari berbagai macam sektor. Adapun, sektor-sektor yang dimaksud adalah pertanian, barang konsumsi, transportasi, properti, keuangan, layanan perdagangan dan investasi.
Nyoman menjelaskan, puluhan perusahaan tersebut sebelumnya sudah menyerahkan dokumen yang disyaratkan ke otoritas bursa. Bursa juga sudah memproses dokumen itu diantaranya dengan meminta penjelasan melalui mini expose.
Sebagai informasi, pada awal tahun ini, BEI tercatat sudah menyelenggarakan pencatatan perdana saham baru (IPO) sebanyak 3 perusahaan, dan 1 Exchange Traded Fund (ETF). BEI mengaku tidak mematok target terlalu tinggi untuk perusahaan yang masuk ke pasar modal melalui IPO.
Tahun ini diharapkan setidaknya 57 perusahaan bisa melantai di BEI. Target tersebut tidak berubah dari pencapaian dua tahun lalu.
"Emiten kami ingin seperti dua tahun yang lalu minimal 57 perusahaan, yang kami harapkan bisa jadi saham baru IPO 2020," kata Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi, (2/1).