REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana membuat holding rumah sakit milik BUMN. Erick menilai rumah sakit memiliki potensi besar bagi BUMN apabila dikelola dengan baik.
Erick mengatakan banyak BUMN yang memiliki rumah sakit padahal jauh dari inti bisnisnya. Erick menyebut Pertamina sebagai salah satu contoh BUMN yang memiliki rumah sakit.
"Bayangkan saja buat apa Pertamina misalnya fokus bisnis rumah sakit padahal fokus utamanya Pertamina migas (minyak dan gas)," ujar Erick di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (9/1).
Erick mengatakan Pertamina memiliki 25 sumur yang harus dieksplorasi. Sementara jumlah lifting saat ini terus menurun. Dengan holding rumah sakit, Erick berharap pengelolaan rumah sakit milik BUMN dapat lebih optimal dalam mendorong perekonomian negara.
Erick menyebut current account deficit atau defisit transaksi berjalan di sektor kesehatan cukup tinggi mencapai 6 miliar dolar AS. "Banyak sekali orang Indonesia yang periksa kesehatan di luar negeri, industri kesehatan kita mohon maaf belum dipercaya. Ini yang mesti kita tingkatkan," ucap Erick.
Erick meyakini melalui holding, rumah sakit BUMN dapat semakin berkualitas dan bisa dipercaya. Kendati begitu, Erick tak bermaksud mematikan rumah sakit swasta yang ada di Indonesia. Menurut Erick, peningkatan kualitas rumah sakit BUMN merupakan bagian dari kompetisi yang wajar.
"(Holding rumah sakit) ini akan menjadi konsolidasi yang baik, bisnis yang progresif dan bisa bersaing," kata Erick.
Erick menjelaskan konsolidasi seluruh rumah sakit milik BUMN memiliki pendapatan sekira Rp 5 triliun per tahun. Ia menilai angka tersebut menggambarkan besarnya potensi dari rumah sakit. Oleh karena itu, Erick meminta BUMN yang tidak memiliki inti bisnis rumah sakit namun memiliki rumah sakit untuk kembali fokus pada inti bisnis masing-masing seperti Pelni, Pertamina, hingga Pelindo.
Mengenai model struktur holding rumah sakit, kata Erick, masih dalam kajian. Yang pasti, kata Erick, salah satu metode mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik, termasuk pada holding rumah sakit ialah dengan mendorong agar go publik.
"Kalau go publik semua orang mengawasi, tidak hanya kami, tapi juga publik, BPK, dan auditor," ucap Erick.
Erick telah memiliki gambaran bagi rencana holding rumah sakit, salah satunya dengan menjalin kerja sama dengan negara lain. Erick menilai peluang kerja sama terbuka lebar, salah satunya mengenai pengiriman tenaga kerja suster dari Indonesia ke Jepang.
"Misalnya kita bermitra dengan Jepang, mungkin di pembukaan lapangan kerja bisa juga kita bekerja sama di suster," kata Erick.