Kamis 09 Jan 2020 09:13 WIB

Kementan Tekad Pacu Ekspor Pertanian Tiga Kali Lipat

Dalam 5 tahun Kementan akan membuka akses pasar dan meningkatkan daya saing produksi

Mentan Syahrul Yasin Limpo menghadiri pertemuan akselerasi Gratieks komoditas  perkebunan di Auditorium Gedung D Kanpus Kementan, Rabu (8/1).
Foto: Kementan
Mentan Syahrul Yasin Limpo menghadiri pertemuan akselerasi Gratieks komoditas perkebunan di Auditorium Gedung D Kanpus Kementan, Rabu (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) bersama eksportir sektor Perkebunan bertekad meningkatkan produksi dan mendorong akselerasi Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Hal ini terungkap dalam pertemuan akselerasi Gratieks komoditas  perkebunan di Auditorium Gedung D Kanpus Kementan, kemarin Rabu (8/1).

Dalam pertemuan tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan dalam lima tahun ke depan pihaknya akan membuka akses pasar dan meningkatkan daya saing produksi pertanian.

Baca Juga

“Izinkan saya ikut campur di bawah Pak, teknis dari yang ditanam karena kalau bapak tidak tanam enggak mungkin bisa ekspor,” kata Syahrul.

Menurut Syahrul, eksportir harus memiliki  tanggung jawab dalam meningkatkan produktivitas suatu komoditas untuk mendorong ke tiga kali lipat ekspor. Dalam hal ini, pemerintah siap menjadi partner para eksportir dalam pendekatan-pendekatan di hulu untuk melakukan pengembangan produk–produk khusus komoditas pertanian kemudian bagaimana membudidayakannya atau menjaganya sampai dengan cara pengolahan.

“Perkebunan kita punya prospek yang luar biasa apalagi kita negara tropis yang memiliki komoditas spesifik. Kalo begitu, itu kita benahi dari  katakanlah dipenanamannya. Tentu saja tidak hanya dengan tangan pemerintah tapi bersama,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa perbaikan mekanisme, sistem dan komunikasi perlu ditingkatkan untuk menjawab tantangan ekspor tiga kali lipat. Menurutnya penguatan jaringan dan fasilitas ekspor, aksistensi dan mengarah terkait capaian akan dipegang langsung oleh pemerintah. Kemudian para pengusaha dan masyarakat melakukan pengembangan penanaman dari  bibit hasil penelitian litbang pertanian.

“Pemerintah tidak sendiri, harus dibantu pemikiran dari pihak lain khususnya para eksportir tetapi kita akan coba melakukan networking pada kementerian-kementerian terkait  terutama kementerian luar negri  untuk mencoba menanggulangi kendala ekspor,” tambah Syahrul.

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono mengatakan akan menaikkan produksi 35 persen selama lima tahun atau 7 persen per tahun. Dengan demikian, ekspor akan naik sampai 300 persen sampai 2024, tenaga kerja naik 25 persen atau lima persen per tahun kemudian PDB naik lima persen per tahun dan akan membangun milenial untuk menjadi entrepreneur dengan target 525 ribu orang.

“Kami juga mendapat arahan dari Pak Mentan untuk bisa menekan looses, tidak terkecuali di subsektor perkebunan dan tiga sampai lima persen kemudian UMKM ini penting sekali karena kita akan dorong nanti dengan KUR,” kata Kasdi.

Ia menambahkan kebijakaan Gratieks ini ditetapkan pada hakikatnya dalam rangka memperebutkan dan memenangkan pasar ekspor dunia baik kaitannya dengan daya saing maupun akses pasarnya. Selain mengejar kuantitas tiga kali lipat juga, didorong peningkatan mutu produk, konsistensi dan kontinuitasnya.

“Bapak Ibu sekalian bisa memberikan dukungan dalam perspektif investasi yang cukup besar karena APBN nya tentu kita semua menyadari hanya sebagai stimulasi,” tuturnya.

Data BPS, 2018 menunjukkan komoditas perkebunan berkontribusi terhadap PDB nasional sebesar Rp 489,25 triliun, dengan nilai ekspor mencapai 27,9 miliar dolar AS atau Rp 402,6 triliun. Selain itu berkontribusi sebesar 97,4 persen dari sisi volume terhadap total volume ekspor komoditas pertanian tahun 2018 dan berkontribusi sebesar 96,9 persen dari sisi nilai terhadap total nilai ekspor komoditas pertanian tahun 2018.

photo
Mentan Syahrul Yasin Limpo menghadiri pertemuan akselerasi Gratieks komoditas  perkebunan di Auditorium Gedung D Kanpus Kementan, Rabu (8/1).

Disamping itu, Mardiana, eksportir kopi Lampung, menyatakan sepakat untuk lakukan tanam sehingga dapat meningkatkan ekspor. Menurutnya kondisi komoditi saat ini di Indonesia adalah keterbatasan petani dalam skill dan pengetahuan dimana para petani masih orientasi berdasarkan kebutuhan harian sedangkan saat ini pasar industri sudah sangat besar.

“Untuk meningkatkan keingintahuan dari milenial untuk jadi petani saat ini sangat susah sehingga kita bisa menengok semua program sustainability nya dari perusahaan eksportir untuk dikaitkan dengan program Gratieks ini,” pungkasnya.

Pertemuan ini dihadiri oleh kurang lebih 200 orang yang terdiri 155 orang dari pimpinan perusahaan dan eksportir, 25 orang dari Dewan Komoditas Perkebunan dan Asosiasi Pengusaha/ Eksportir perkebunan serta masing-masing eselon 1 lingkup Kementerian Pertanian. Perusahaan yang hadir antara lain 26 perusahaan sawit, 13 perusahaan kopi, 10 perusahaan kakao, 12 perusahaan kelapa, 18 perusahaan karet, 18 perusahaan rempah, 7 perusahaan minyak atsiri, 2 perusahaan mete dan perusahaan komoditas perkebunan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement