Rabu 08 Jan 2020 18:13 WIB

Kementan Genjot Ekspor Perkebunan, Ini Kata Pengusaha

Indonesia perlu kolaborasi dengan negara produsen karet untuk mengangkat harga.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Pekerja menyadap karet di perkebunan karet Cigentur, Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (3/1/2020). Bank Indonesia memprediksi harga komoditas karet pada 2020 akan membaik yang dipicu oleh pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 akan bergerak dari 3,2 persen menjadi 3,5 persen.
Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Pekerja menyadap karet di perkebunan karet Cigentur, Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Jumat (3/1/2020). Bank Indonesia memprediksi harga komoditas karet pada 2020 akan membaik yang dipicu oleh pertumbuhan ekonomi dunia pada 2020 akan bergerak dari 3,2 persen menjadi 3,5 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian ingin agar ada akselerasi ekspor hingga tiga kali lipad pada subsektor perkebunan. Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) menilai, upaya peningkatan ekspor paling realistis adalah dengan berupaya menaikkan harga jual di pasar global.

Ketua Umum Gapkindo, Moenardji Soedargo, mengatakan bahwa karet sebagai komoditas andalan ekspor tengah mengalami tekanan harga. "Jika ingin meningkatkan ekspor, menurut saya kuncinya ada di perjuangan peningkatan harga. Ini perlu diplomasi yang gigih dan tidak bisa dilakukan sendiri oleh Indonesia," kata Moenardji di Gedung Kementerian Pertanian, Rabu (8/1).

Pada pekan ini, berdasarkan statistik Trading Economics, komoditas karet internasional di Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) berkisar 177 yen Jepang atau 1,5 dolar AS per kilogram FOB. Produsen terbesar karet di dunia yakni Cina, Indonesia. Malaysia, dan Thailand. Selain itu, ada pula Papua Nugini, Singapur, Sri Lanka, Thailand, Vietman, Kamboja, dan India.

Moenardji menuturkan, Indonesia harus berkolaborasi dengan para negara produsen lain untuk mengangkat harga karet. Sebab, tekanan harga kepada karet terjadi akibat ketidaksempurnaan struktur di pasar internasional.

"Tanpa ada perbaikan harga, sulit untuk mendongkrak produksi. Justru bisa turun. Perbaikan harga akan memperbaiki produksi apalagi kalau diintervensi dengan berbagai program," ujarnya.

Moenardji mengatakan, saat ini petani, pengusaha, dan eksportir karet sudah menjadi satu kesatuan dan mengacu pada harga internasional. Negara, lanjutnya, perlu hadir dan pengusaha siap untuk bekerja sama dengan pemerintah demi memperjuangkan kenaikan harga karet. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement