Senin 06 Jan 2020 16:44 WIB

Trump Ancam Irak dan Iran, Harga Minyak Dunia Naik

AS akan membalas terhadap Iran jika Teheran menyerang balik setelah pembunuhan itu.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Kilang Minyak
Foto: dok. Republika
Ilustrasi Kilang Minyak

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak naik 2 persen lebih lanjut pada Senin (6/1), mendorong Brent di atas 70 dolar AS per barel. Kenaikan ini sebagai dampak dari perselisihan Amerika Serikat (AS), Irak dan Iran setelah pembunuhan seorang jenderal top Iran.

Minyak mentah berjangka Brent melonjak ke posisi tertinggi 70,74 dolar AS per barel dan berada di 70,03 dolar AS pada Senin, naik 1,43 dolar AS, atau 2,1 persen dari setelmen pada Jumat. Minyak mentah AS West Texas Intermediate berada di 64,15 dolar AS per barel, naik 1,10 dolar AS, atau 1,7 persen, setelah menyentuh 64,72 dolar AS sebelumnya, tertinggi sejak April.

Baca Juga

Keuntungan memperpanjang lonjakan lebih dari 3 persen pada Jumat setelah serangan udara AS di Irak menewaskan komandan Iran Qassem Soleimani pada hari Jumat. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa konflik Timur Tengah yang meluas dapat mengganggu pasokan minyak.

Wilayah ini menyumbang hampir setengah dari produksi minyak dunia, sementara seperlima dari pengiriman minyak dunia melewati Selat Hormuz.

Pada Ahad (5/1) Presiden AS Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Irak, produsen terbesar kedua di antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), jika pasukan AS dipaksa mundur dari negara tersebut. Baghdad sebelumnya meminta pasukan Amerika dan asing lainnya untuk meninggalkan Irak.

Trump juga mengatakan bahwa AS akan membalas terhadap Iran jika Teheran menyerang balik setelah pembunuhan itu. "Ketidakpastian besar sekarang untuk pasar adalah bagaimana Iran akan menanggapi serangan ini," kata analis ING dalam sebuah catatan.

Di AS stok minyak mentah turun terbesar sejak Juni karena ekspor melebihi 4 juta barel per hari untuk pertama kalinya dalam sejarah, menurut data Administrasi Informasi Energi AS. Di tempat lain, cuaca buruk menutup keempat terminal ekspor minyak Libya timur pada hari Ahad dan penutupan dapat berlangsung selama tiga hari. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement