Kamis 02 Jan 2020 10:53 WIB

Tingkat Kecelakaan Pesawat di Dunia Turun 50 Persen

Terdapat 86 kecelakaan yang melibatkan pesawat komersial besar pada 2019.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolanda
Puing-puing pesawat mesin ganda Beechcraft King Air setelah jatuh di lapangan udara Dillingham Airfield di Mokuleia, Hawaii, Jumat (21/6).
Foto: Bruce Asato/Honolulu Star-Advertiser via AP
Puing-puing pesawat mesin ganda Beechcraft King Air setelah jatuh di lapangan udara Dillingham Airfield di Mokuleia, Hawaii, Jumat (21/6).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Jumlah orang yang tewas dalam kecelakaan pesawat komersial besar turun lebih dari 50 persen sepanjang 2019. Data ini disampaikan perusahaan konsultan penerbangan Belanda To70 pada Rabu (1/1).

Dalam data tersebut, tertulis bahwa ada 86 kecelakaan yang melibatkan pesawat komersial besar pada 2019. Termasuk di antaranya delapan insiden fatal yang mengakibatkan 257 kematian pada tahun lalu.

Baca Juga

Angka tersebut turun dibandingkan 2018 yang tercatat mengalami 160 kecelakaan, termasuk 13 kecelakaan fatal yang berdampak pada 534 orang meninggal dunia. Dilansir di Reuters, Kamis (2/1), Angka kematian ini mencakup penumpang, kru udara seperti pramugari maupun tiap orang yang terdampak di daratan dalam keelakaan pesawat.

photo
Tim SAR dan petugas keamanand di lokasi jatuhnya pesawat di Almaty, Kazakhstan, Jumat (27/12).

To70 mengatakan, tingkat kecelakaan fatal untuk pesawat besar dalam angkutan udara penumpang komersial terbilang rendah, yakni 0,18 per sejuta penerbangan. Artinya, rata-rata satu kecelakaan fatal tiap 5,58 juta penerbangan. Nilai ini naik dibandingkan 2018 yang mencapai level 0,36 per satu juta penerbangan atau satu kecelakaan fatal tiap 3 juta penerbangan.

Pesawat penumpang besar dalam penelitian To70 adalah pesawat yang digunakan oleh hampir semua penumpang pada maskapai penerbangan di seluruh dunia. Tapi, tidak termasuk pesawat komuter kecil seperti Cessna Caravan dan beberapa pesawat turboprop yang lebih kecil.

Data To70 terbilang mengejutkan. Sebab, pada 2019, produsen pesawat Boeing telah mengalami dua kecelakaan besar yang melibatkan jet terlarisnya, 737 MAX. Kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia ini menewaskan 346 orang. Peristiwa ini mengakibatkan Boeing menghentikan penerbangan sementara (grounded) ke 737 MAX dan bahkan menghentikan produksinya per bulan ini.

photo
Simulasi Penanganan Keadaan Darurat (PKD) dalam menghadapi bencana gempa bumi dan kecelakaan pesawat yang diselenggarakan PT Angkasa Pura II (Persero), Kamis (22/11) di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang. Dalam skenarionya, diketahui salah satu pesawat mengalami insiden.

To70 mengatakan, industri penerbangan telah melakukan berbagai upaya signifikan untuk menekan tingkat kecelakaan pada 2019. Tapi, kecelakaan 737 MAX menjadi pengingat bahwa industri perlu terus mempertahankan fokus pada aspek dasar yang membuat penerbangan sipil menjadi aman. "Pesawat dirancang dan dibangun dengan baik, diterbangkan oleh kru yang memiliki pengetahuan lengkap dan terlatih baik," tulis To70.

Aviation Safety Network mengatakan, meskipun terjadi kecelakaan MAX, 2019 merupakan salah satu tahun paling aman untuk penerbangan komersial. Rekor teraman dialami pada 2017 dengan dua kecelakaan fatal pada turboprop regional yang mengakibatkan 13 orang meninggal. Tidak ada kecelakaan fatal pada jet penumpang di tahun itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement