REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan, pencapaian investasi tahun depan mencapai Rp 886 triliun. Dengan capaian itu diharapkan bisa menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran lima persen.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan, masuknya investasi dalam jumlah besar dapat membantu ekonomi tetap tumbuh di tengah perlambatan perekonomian global. Ia meminta seluruh pemangku kepentingan turut mendorong optimisme investor supaya tertarik berinvestasi di Indonesia.
Bahlil melanjutkan, peringkat kemudahan investasi atau Ease of Doing Business (EoDB) Tanah Air saat ini masih di 73 dunia. "BKPM ditunjuk menjadi penanggung jawab untuk perbaiki itu. Target kita minimal peringkat tersebut naik minimal ke 50," ujar Bahlil dalam Media Gathering di Jakarta pada Jumat (27/12) malam.
Rendahnya EoDB Indonesia, kata dia, disebabkan banyak regulasi yang menghalangi investasi masuk. Bahkan Bahlil menyebutkan, terdapat 1.500 Surat Keputusan (SK) Menteri yang menghambat.
"Maka kita pangkas menjadi 298 SK Menteri yang sedang diperjuangkan. Paling lambat selesai Januari," ujarnya.
Bahlil menuturkan, potensi investasi yang terhambat masuk Indonesia mencapai Rp 708 triliun hingga 2020. Sekitar Rp 127 triliun di antaranya sudah dieksekusi.
Baginya, menarik investasi agar masuk ke dalam negeri bukan hanya tugas pemerintah. "Ke depan kami lakukan strategi komprehensif untuk wujudkan target Presiden pada kami sambil menunggu omnibus law," tegas dia.