Ahad 15 Dec 2019 19:55 WIB

Tol Layang Japek Terlihat Bergelombang? Ini Penjelasannya

Tol Layang Jakarta-Cikampek sudah bisa mulai dilewati hari ini.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Teguh Firmansyah
Sejumlah kendaraan mobil golongan satu melintas di atas jalan Tol Layang (Elevated) Jakarta - Cikampek (Japek) di Bekasi, Jawa Barat, Ahad (15/12/2019).
Foto: Antara/Muhammad Iqbal
Sejumlah kendaraan mobil golongan satu melintas di atas jalan Tol Layang (Elevated) Jakarta - Cikampek (Japek) di Bekasi, Jawa Barat, Ahad (15/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Jasamarga Jalan Layang Cikampek (JJC), Ahad (15/12) membuka Tol Layang Jakarta-Cikampek tanpa tarif. Tol sepanjang 38 kilometer terbentang dari Cikunir hingga Karawang Timur itu.

Namun jika dilihat dari kejauhan, jalur tol seperti bergelombang. Pimpinan Proyek Area 1 Jasa Marga Prajudi memiliki penjelasannya, mengapa tol tersebut dibangun seperti begelombang.

Baca Juga

Prajudi menjelaskan Tol Layang Japek sebisa mungkin dibangun dengan cukup tinggi dari Tol Japek eksisting di bawahnya. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu disesuaikan dengan konstruksi Tol Japek eksisting.

"Pada saat melewati overpass bagaimanapun harus meninggikan jalur, jadi memang keliatan naik turun menyesuaikan struktur di bawah, yaitu overpass dan jembatan-jembatan," kata Prajudi usai meninjau dibukanya Tol Layang Japek, Ahad (15/12).

Meskipun struktur Tol Layang Japek bergelombang, Prajudi memastikan hal tersebut tidak berbahaya. Secara geometris, kata dia, jalan tol tersebut dari bentuk desainnya sudah memenuhi kaidah teknis.

Meskipun begitu, Prajudi mengatakan pengguna Tol Layang Japek tetap harus mengikuti aturan kecepatan. "Ikuti saja aturan di sini, jangan terlalu cepat, ada faktor angin, di kita kecepatan 60 sampai 80 kilometer per jam maksimum," tutur Prajudi.

Masyarakat juga tak perlu khawatir jika terjadi keadaan darurat di sepanjang tol layang tersebut. Direktur Utama PT Jasa Marga Jalan Layang Cikampek (JJC) Djoko Dwijono menambahkan tol layang tersebut dilengkapi dengan delapan akses jalur darurat. Jalur darurat tersebut kata Djoko, terhubung dengan setiap simpang susun di jalur eksisting.

Djoko menuturkan jalur darurat dibangun agar saat kondisi darurat terdapat akses evakuasi melalui simpang susun atau interchange yang dilengkapi tangga ke bawah. “Interchange ini ada di delapan titik di kilometer 13, 17, 21, 24, 28, 31, 36 dan 38,” ujar Djoko.

Djoko berharap dengan dibukanya jalan tol layang tersebut dapat mengurangi kemacetan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek eksisting sekitar 30 persen. Djoko menambahkan kendaraan golongan satu non bus diharapkan dapat beralih ke atas sehingga mengurangi kepadatan di Tol Japek eksisting.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement