Jumat 13 Dec 2019 02:52 WIB

Harap-Harap Cemas Menatap Pensiun

Karyawan swasta biasanya kurang tenang menghadapi masa pensiun.

Rep: Santi Sopia/ Red: Gita Amanda
Dana pensiun (ilustrasi).
Foto: ist
Dana pensiun (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Yati Baeti (56 tahun) sebenarnya sudah jauh hari merencanakan dana persiapan pensiun. Namun apa daya, menurut Yati, kebutuhan sehari-hari telah menguras tabungan dirinya selama ini. Apalagi mengingat Yati merupakan single parent, membiayai ketiga anaknya sendirian. Selain itu, tabungan yang tadinya ia peruntukkan untuk masa pensiun, juga akan digunakan untuk naik haji bersama orang tuanya.

Urusan pensiun sebenarnya tidak terlalu dikhawatirkan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti dirinya. Sebagaimana diketahui, jika PNS akan mendapat tunjangan pensiun setiap bulannya. "Karena uang pensiun juga yang mungkin banyak menarik minat pendaftar CPNS," kata Yati.

Baca Juga

Di samping itu, perempuan asal Jawa Barat itu mengaku tetap menasihati anak-anaknya agar lebih siap menghadapi pensiun. Masa pensiun, sebenarnya sudah diharapkannya sejak beberapa tahun belakangan. Ia merasa usianya sudah cukup untuk hanya menemani cucu-cucu di rumah. Yati akan menghadapi masa pensiun sekitar empat tahun lagi.

Sebagai seorang yang berprofesi guru, sejauh ini, Yati juga mulai mengurangi kegiatannya. Dari yang tadinya mengajar di beberapa sekolah, kini ia hanya memilih satu sekolah saja. "Lumayan, buat istirahat. Kalau dulu kan anak-anak masih sekolah, jadi masih butuh biaya banyak. Sekarang mereka semua sudah pada kerja," kata Yati.

Guru Bahasa Inggris ini tidak mengikuti pelatihan khusus atau keterampilan apa pun untuk menghadapi pensiun. Hanya, ia lebih gemar membaca buku-buku seputar pensiun ataupun buku-buku lain yang memberikannya wawasan dan ilmu lebih banyak. Tidak ada kendala berartbaginya karena masa pensiun adalah yang sangat dinantikannya.

Yati juga mencoba peruntungan lewat usaha warung makannya. Bukan sekali dua kali ia bekerja sembari berwirausaha. Sejak memiliki satu anak, Yati sudah mulai menyewa warung untuk berjualan buah-buahan. Hingga saat ini mencoba berwirausaha warung nasi, sedikit banyak ia punya pengalaman. Hasilnya, menurut Yati cukup lumayan, meskipun tidak ditambah gaji dari pekerjaannya. Yati mempekerjakan beberapa pegawai, termasuk tetangga dekat rumah.

Sedikit berbeda dengan Ahyadi Nuryadin (55 tahun). Bekerja sebagai karyawan swasta di salah satu pabrik tisu, kurang membuat dirinya tenang menghadapi masa pensiun. Menurut Ahyadi, dana pensiun yang mungkin ia akan terima nantinya kurang cukup menjadi bekal semua kebutuhan. "Saya beli banyak buku juga bagaimana sih persiapan buat pensiun itu," kata lulusan D3 itu.

Ayah tiga anak itu juga mengkhawatirkan keluarganya nanti, terlebih apabila anak sulungnya belum mendapatkan pekerjaan. Kecemasan demi kecemasan sempat terbersit dalam pikirannya, akan tetapi kini ia mengaku bisa lebih mempersiapkan diri lagi.

Saat ia pensiun nanti, Ahyadi tidak akan menerima tunjangan kecuali saat ia pertama kali pensiun dari perusahaan. "Dapat nanti pas keluar, tapi bisa habis kalau lama-lama kan," ujarnya. Untungnya, kata Ahyadi, ia juga mengikuti program Kartu BPJS Ketenagakerjaan di mana saldonya nanti bisa ia ambil saat dibutuhkan. Saat ini Ahyadi juga bisa mengecek saldo BPJS Ketenagakerjaan dirinya secara daring.

Ahyadi juga merealisasikan sebuah usaha yang menjadi mimpinya sejak dulu untuk menjadi bekal pensiun nanti. Ia mulai memberdayakan orang atau tetangga sekitarnya yang ingin berjualan dan mendapat pasokan barang darinya. "Usaha kecil, tapi niatnya bantu orang juga," tambah pria asal Depok itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement