REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri I BUMN, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan PT Pertamina (Persero) sudah melakukan upaya penghematan untuk bisa membuat neraca migas tak melulu defisit. Penghematan ini juga kata Budi, membuat perusahaan bisa menjaga kondisi keuangan.
Budi menjelaskan upaya penghematan yang dilakukan perusahaan antara lain adalah tidak melakukan impor solar sejak Mei lalu. Ia menjelaskan pada bulan April perusahaan juga tak melakukan impor avtur. Bahkan kata Budi, perusahaan juga melakukan ekspor avtur.
"Sejak Mei pertamina nggak impor solar. Sejak april, pertamina gak impor avtur lagi. Avtur dan diesel ga impor lagi. Karena klang udah bisa produksi. Ekspor avtur bulan Juni," ujar Budi di Kementerian BUMN, Kamis (12/12).
Tak hanya itu, kata Budi, untuk bisa menyeimbangkan neraca migas, perusahaan juga melakukan program B30. Hal ini yang menjadi salah satu cara perusahaan untuk bisa menekan impor solar selain memproduksi dalam negeri.
"Ketiga, soal B30. Artinya produksi bisa 130 persen," ujar Budi.
Dari proyek yang terbaru, penyelesaian akuisisi kilang Turban Petro oleh pertamina juga bisa membuat pertamina menambah kapasitas kilang terpasang. Budi menjelaskan dengan mengakuisisi kilang Tuban Petro maka perusahaan bisa mempunyai kilang yang siap untuk berproduksi.
"Untuk mengurangi impor, Pertamina sudah menyelesaikan puluhan tahun dengan TPI dan TPPI. Pertamina biar punya kilang langsung jadi," ujar Budi.
Berkaca pada kondisi keuangan tahun lalu, Budi juga memastikan keuangan perusahaan cukup baik untuk tetap melakukan investasi. Budi menjelaskan pada tahun lalu, EBTIDA perusahaan mencatatkan nilai 9 miliar dolar AS atau Rp 126 triliun.
"Keuangan Petramina bagus. Tahun lalu 9 miliar dolar AS EBTIDA-nya, kemampuan keuangan nggak ada masalah untuk investasi," ujar Budi.