Rabu 11 Dec 2019 22:28 WIB

BRISyariah Jadi Tempat Belajar BPD yang Konversi ke Syariah

Direktur BRIsyariah sebut minat BPD lakukan konversi ke syariah cukup tinggi

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Direktur Bisnis Komersil BRIsyariah Kokok Alun Akbar di Leader Talks Universitas Padjajaran
Foto: BRI Syariah
Direktur Bisnis Komersil BRIsyariah Kokok Alun Akbar di Leader Talks Universitas Padjajaran

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Minat Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia untuk konversi menjadi Bank Syariah cukup tinggi. Menurut Direktur Bisnis Komersil BRIsyariah Kokok Alun Akbar,  BPD yang ingin konversi ke syariah cukup banyak. Mereka, belajar atau study banding ke BRI Syariah karena sudah berbentuk bank syariah sejak awal.

"Mereka (BPD,red) belajar kalau beralih ke syariah prosesnya seperti apa, kendalanya apa. Ya cuma itu saja study bandingnya," ujar Alun kepada wartawan, usai menandatangani perpanjangan perjanjian kerja sama dengan Rektor UIN Sunan Gunung Djati, di Kantor Rektorat UIN Sunan Gunung Djati, Rabu (11/14).

Menurut Alun, BPD yang study banding ke BRIS di antaranya Kalimantan Selatan, Bank jambi, dan Kepri. Alun menilai, dengan banyaknya BPD yang study banding ke BRIS, menunjukkan kalau minat mereka beralih ke syariah besar.

"Minat mereka mengubah dari bank daerah ke syariah memang besar," katanya.

Hal itu terjadi, kata dia, karena baik pemerintah maupun tuntutan masyarakat di daerah terhadap perbankan syariah tinggi. Sehingga, untuk memenuhi permintaan pasar pilihannya mereka mengkonversi ke syariah.

Terkait alasan BPD tersebut tertarik konversi ke syariah, menurut Alun, ada beberapa kelebihan bank syariah dibandingkan dengan yang lain. Sehingga, bisnis ini dinilai sangat potensial.

Apalagi, kata dia, trend menunju syariah sekarang sangat bagus. Begitu juga, support pemerintah semakin kuat. "OJK, BI, semua support pertumbuhan syariah ke depan. Apalagi, Indonesia mayoritas penduduk terbesar di dunia jadi prospeknya sangat baik," katanya.

Khusus di Aceh, menurut Alun, Aceh memiliki Qonun atau semacam Perda yang mengatur semua perbankan konvensional harus dikonversi menjadi syariah. Kebetulan, BRI memiliki porsi yang cukup besar di Aceh. Jadi, BRIS diberi waktu 3 tahun untuk memproses konversi tersebut.

"Kita sudah mulai. Targetnya tahun depan selesai," katanya.

Alun optimistis, dengan adanya konversi ini akan menambah porsi ekonomi syariah selama ini yang asetnya sekitar 6 persen. Ia memprediksi, dari konversi tersebut akan meningkat 2 sampai 3 persen untuk porsinya.

"Kalau volume bisnis syariahnya bisa meningkat lebih 20 persen," katanya.

BRIS sendiri, kata dia, saat ini mengggenjot sektor pendidikan dan kesehatan sebagai pilar pertumbuhan. Karena, kedua sektor tersebut cukup bagus. Misalnya, untuk pendidikan bisnis end to end di kampus dari mulai penerimaan siswa, gaji, pay roll dan transaksi keuangan dengan membuka kas atau digital banking. Sehingga, bisa melayani pendidikan.

Saat ini, kata dia, lebih dari 100 institusi pendidikan dan kesehatan yang sudah bekerja sama dengan BRIS. Untuk perguruan tinggi sendiri, ada  55.

"Di lihat dari sisi pendidikan yang dilayani semakin lama semakin besar. Kesehatan sudah masuk ke rumah sakit swasta, pemerintah dan kerja sama dengan organisasi islam lainnya," paparnya.

Menurut Dirut BRIS, Ngatari, pada Januari 2022, semua bank konvensional di Aceh tutup. Karena, semua yang konven beralih ke syariah.

"Nah BRI di Aceh market sharenya paling tinggi. NTB juga, sudah mengubah konven jadi syariah. Bank Nagari bank konven jadi syariah. Kalimantan selatan, Bank Jambi, Kepri sudah datang ke kami. Banyak BPD yang datang ke kami untuk mengkonversi konven ke syariah. Eranya, sekarang syariah," paparnya. N Arie Lukihardianti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement