Rabu 11 Dec 2019 16:21 WIB

Bulog Targetkan Beras Fortifikasi 100 Persen pada 2025

Beras fortifikasi diharapkan dapat mencegah stunting dan anemia.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolanda
Pekerja mengangkut karung berisi beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (5/12). Perum Bulog menginisiasi rencana pemerintah pusat dan daerah dalam pemanfaatan beras bervitamin guna percepatan pencegahan dan penanganan stunting serta anemia.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Pekerja mengangkut karung berisi beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (5/12). Perum Bulog menginisiasi rencana pemerintah pusat dan daerah dalam pemanfaatan beras bervitamin guna percepatan pencegahan dan penanganan stunting serta anemia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog menginisiasi rencana pemerintah pusat dan daerah dalam pemanfaatan beras bervitamin guna percepatan pencegahan dan penanganan stunting serta anemia. Beras fortifikasi diharapkan menjadi jembatan integrasi kebijakan antarprogram pemerintah.

Hal itu diwujudkan dalam pelaksanaan seminar bertajuk "Percepatan Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Anemia di Indonesia melalui Beras Bervitamin" di Gedung Serba Guna Oryza, Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Rabu (11/12). Wakil Direktur Utama Perum Bulog Gatot Trihargo menyampaikan Bulog siap bekerja sama dengan semua pihak, baik dengan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang memiliki tujuan yang sama untuk penyediaan tambahan gizi bagi masyarakat, maupun dengan konsumen di setiap lini untuk penyediaan pangan sehat bergizi.

Baca Juga

Kata Gatot, beras fortifikasi diharapkan menjadi jembatan integrasi kebijakan antar program pemerintah sehingga dapat mengurangi serta menangani prevalensi stunting dan anemia di Indonesia melalui integrasi dengan program bantuan pangan nontunai (BPNT), pengelolaan CBP serta program pangan lainnya. 

"Dengan integrasi kebijakan, diharapkan dapat menghasilkan SDM berkualitas dan mampu menjadi motor penggerak pembangunan bangsa yang kreatif, produktif dan berdaya saing tinggi," ujar Gatot.

Gatot menyampaikan kondisi stunting kerap menimpa masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Bulog mengaku siap mengikuti penugasan pemerintah menyediakan 10 persen hingga 20 persen beras fortifikasi dalam BNPT pada 2020. Gatot menambahkan, Bulog juga hendak mengganti beras biasa menjadi beras fortifikasi secara total dalam jangka lima tahun ke depan. 

"Supaya mencapai target 100 persen (beras fortifikasi) pada 2024. Nanti semuanya beras fortifikasi itu tidak perlu lagi dicuci," ucap Gatot. 

Berbicara fortifikasi pangan di Indonesia, kata Gatot, bukan hal yang baru. Pada 1986, pemerintah melalui Kemenkes telah berhasil mengatasi masalah penyakit gondok melalui kebijakan yang mewajibkan fortifikasi garam dengan Iodium. Pada 2003, pemerintah juga telah mewajibkan fortifikasi Tepung Terigu dengan enam jenis vitamin dan mineral. 

"Fortifikasi Minyak Goreng dengan Vitamin A juga sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu dan sedang dalam proses untuk diwajibkan," lanjut Gatot. 

Terkait dengan tugas Bulog untuk mendukung program pemerintah dalam intervensi gizi sensitif melalui peningkatan akses pangan bergizi, ucap Gatot, Bulog telah berinovasi dengan menyiapkan beras fortifikasi yang salah satunya dapat disalurkan kepada masyarakat berpendapatan rendah dengan harapan dapat semakin berdaya ungkit untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat.

"Beras fortifikasi atau beras bervitamin yang akan disalurkan Bulog merupakan beras sehat yang diperkaya dengan beberapa mikronutrien seperti vitamin A, vitamin B1, vitamin B3, vitamin B6, asam folat, vitamin B12, zat besi dan seng (Zn)," kata Gatot. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement