Jumat 06 Dec 2019 20:11 WIB

Wapres: Aneh, Produsen Produk Halal Terbesar Bukan Indonesia

ICMI mengajak umat Islam Indonesia mendukung produk halal.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Muhammad Hafil
Wakil Presiden Ma
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Wakil Presiden Ma

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG-- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin kembali menekankan pengembangan dan perluasan Industri produk halal nasional. Kiai Ma'ruf ingin Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, menjadi produsen produk halal terbesar di dunia.

Sebab, saat ini produsen produk-produk halal terbesar di dunia justru negara yang bukan penduduk mayoritas Muslim.

Baca Juga

"Yang terbesar di dunia dalah Brazil, aneh ini, produk halalnya yang terbesar dari negara Brasil. Kemudian diikuti oleh Australia yang justru bukan negara dengan penduduk mayoritas muslim," ujar Kiai Ma'ruf saat membuka Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) ICMI ke-29 di Universitas Negeri Padang, Sumatra Barat, Jumat (6/12).

Kiai Ma'ruf mengatakan, Indonesia harus keluar dari saat ini yang hanya menjadi konsumen produk halal terbesar di dunia. Menurutnya, Indonesia bahkan menjadi konsumen terbesar, dengan membelanjakan 214 Miliar US Dollar untuk produk halal.

Jumlah ini, kata Kiai Ma'ruf, mencapai 10 persen dari pangsa produk halal dunia.

"10 persennya di Indonesia. Sayangnya kita bukan merupakan produsen dari produk-produk halal tersebut," ujar Kiai Ma'ruf.

Karena itu, di depan cendekiawan ICMI, Kiai Ma'ruf mengajak untuk mendukung pengembangan produk halal, ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Menurutnya, Indonesia diharapkan tidak hanya sekedar menjadi konsumen dan hanya melakukan sertifikasi halal saja.

"Sekarang ini ini kita hanya memberikan sertifikasi, mengakui atau menyetempel, mengendorse sertifikat halal dari luar negeri, tetapi kita ingin menjadi produsen dan eksportir produk-produk halal dunia," ujarnya.

Kiai Ma'ruf pun meyakini ICMI dengan pengalaman selama ini dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dapat turut berperan dalam upaya peningkatakan kapasitas ekonomi umat. Karena, Pemerintah ingin mendorong kemajuan ekonomi dan keuangan syariah mulai dari perbankan, industri keuangan nonbank, asuransi, pegadaian, hingga pasar modal.

"Itu masih sangat kecil, baru yang terbesar hanya sukuk. Terbesar  di dunia tapi lainnya masih kecil. Pangsa pasar kita baru 8 sekian persen, ahkan perbankan hanya 5 sekian persen," ujarnya.

Tak lupa, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) nonaktif itu juga ingin mengembangkan potensi dana sosial (social fund) mulai zakat hingga wakaf. Menurutnya, jumlah zakat saat ini baru sekitar Rp 8 Triliun atau 3,5 persen dari potensi zakat yang mencapai lebih dari Rp 230 Triliun.

"Karena itu perlu ada upaya-upaya yang lebih serius, belum lagi wakaf yang kita mampu mengumpulkan wakaf, kita akan memperoleh dana besar, dana murah yang bisa mendukung pengembangan ekonomi umat dan ekonomi nasional kita," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement