Jumat 06 Dec 2019 06:18 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Asia Tenggara Diperkirakan Melambat pada 2020

Proyeksi didukung kebijakan moneter yang akomodatif dan kebijakan fiskal ekspansif.

Rep: Arie Liliyah (swa.co.id)/ Red: Arie Liliyah (swa.co.id)
.
.

Baca Juga

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan melambat secara marginal menjadi 4,9 persen tahun 2020, dari 5 persen pada tahun 2019. Proyeksi ini didukung oleh kebijakan moneter yang akomodatif dan kebijakan fiskal yang ekspansif.

Menurut laporan terbaru ICAEW Economic Update: South-East Asia, pertumbuhan di seluruh kawasan Asia Tenggara juga diperkirakan akan melambat dari 5,1 persen pada tahun 2018 menjadi 4,5 persen pada tahun 2019 dan tetap tidak berubah pada 2020, ditengah resiko tinggi ketegangan perdagangan.

Pertumbuhan regional telah melambat sejak 2018 dan tetap lamban pada Kuartal III/ 2019, dengan pertumbuhan PDB di seluruh kawasan Asia Tenggara hanya naik 4,5 persen YoY dari 4,4 persen pada Kuartal II/2019. “Konflik perdagangan AS-Tiongkok telah menjadi pendorong utama perlambatan ini,” ungkap Sian Fenner, ICAEW Economic Advisor dan Oxford Economics Lead Asia Economist.

Menurut Sian, ekspor bersih diperkirakan akan menjadi penghambat pertumbuhan pada 2020 dengan latar belakang pertumbuhan global yang lamban, permintaan domestik Tiongkok yang lemah, dan ketidakpastian kebijakan seputar ketegangan perdagangan AS-Tiongkok. Selain itu pengendalian impor yang berlanjut sejak 2018 lalu dan pendapatan ekspor yang lemah juga akan menghambat pertumbuhan investasi jangka pendek.

“Meskipun telah ada beberapa kemajuan dalam pembicaraan antara AS dan Tiongkok, ketegangan antara kedua negara tetap tinggi dan sebagian besar tarif yang dikenakan tidak mungkin dihapus dalam waktu dekat, selain itu kami juga melihat bahwa prospek ekspor regional dan investasi swasta akan tetap menantang,” jelasnya.

Sementara itu menurut laporan ini juga, Bank Indonesia (BI) dilihat masih memiliki ruang untuk mengeksplorasi kebijakan fiskal yang ditargetkan, sehingga dapat membantu mempertahankan konsumsi dan investasi.

Untuk bulan keempat secara berturut-turut, BI memangkas suku bunga acuannya pada bulan Oktober 2019 untuk lebih meningkatkan permintaan domestik dan kinerja rupiah sehingga menjadi relatif baik. Meski demikian, di tahun depan nilai tukar rupiah diperkirakan tetap rentan terhadap perubahan sentimen investor dan lanskap global yang fluktuatif.

Irwanda Wisnu Wardhana, Peniliti dari Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan, pemerintah juga berupaya menciptakan iklim bisnis dan investasi yang ramah investor. Misalnya dengan memberikan kompensasi yang menarik bagi investor untuk tahun-tahun awal investasinya, sehingga menarik lebih banyak lagi investasi ke dalam negeri.

“Jadi iklimnya kami perbaiki dan insentif yang lebih menarik, agar Indonesia lebih kompetitif dalam menarik investasi, karena sekarang pertarungannya dengan negara tetangga, jadi kalau kita tidak menarik maka investor dengan mudah punya banyak pilihan lainnya,” jelas Irwanda.

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement