Kamis 05 Dec 2019 07:41 WIB

Kejahatan Siber Jadi Ancaman Serius Pelaku Ekonomi Digital

Tren ancaman siber lebih tinggi bersifat penipuan yang langsung menyasar ke warga

Rep: Mimi Kartika/ Red: Esthi Maharani
Kejahatan siber
Foto: Flickr
Kejahatan siber

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Proteksi Ekonomi Digital Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Anton Setiyawan mengatakan, kejahatan siber masih menjadi ancaman serius bagi pengguna dan pelaku ekonomi digital. Ia meminta pelaku bisnis mengedukasi masyarakat dengan menggencarkan literasi digital demi menjaga keamanan data.

"Makanya tadi kita mendorong upaya literasi digital khususnya kepada pengguna. Baik dari si pelaku bisnis untuk para user-nya. Kita juga, BSSN mengedukasi mereka, maupun secara mendiri kita turun ke masyarakat," ujar Anton kepada wartawan, Rabu (4/12).

Menurut dia, tren ancaman siber lebih tinggi bersifat penipuan yang langsung menyasar ke masyarakat dibandingkan menyerang sistem toko daring atau startup seperti phising dan skimming. Sehingga penanganannya langsung berurusan dengan kepolisian karena masuk kategori tindak kejahatan.

Skimming merupakan suatu tindakan pencurian informasi kartu kredit atau debit dengan cara menyalin informasi yang terdapat pada strip mangetik kartu kredit atau debit secara ilegal. Sementara, phishing adalah tindakan memperoleh informasi pribadi seperti User ID, Password dan data-data sensitif lainnya dengan menyamar sebagai orang atau organisasi yang berwenang melalui sebuah email.

"Enggak ada datanya, tapi itu yang paling banyak terjadi. Karena itu kan laporannya langsung masuk ke penyelenggara ekonomi digitalnya, bukan kita," kata Anton.

Ia melanjutkan, BSSN juga mengedukasi para pelaku usaha digital dengan membuat Pedoman Manajemen Keamanan Informasi (Paman Kami) yang sederhana. Disesuaikan juga dengan para usaha kecil menengah (UKM) yang baru mulai, merintis, atau mengembangkan ekonomi digital.

Anton menjelaskan, UKM di Indonesia diperkirakan hampir menyokong ekonomi nasional sebesar 65 persen. Kekuatan pelaku UKM itu menjadi peluang ruang siber Indonesia untuk meningkatkan ekonomi digital di Tanah Air ketika mereka bertransformasi ke bisnis digital.

"Peluangnya sekarang kita punya UKM yang kuat, yang menyokong hampir 65 persen ekonomi kita. Nah ini yang kita angkat UKM ini, yang biasanya masih berbisnis secara manual sekarang jadi beralih ke bisnis digital," tutur Anton.

Sebab, dengan memanfaatkan siber, jangkauan UKM akan lebih luas, pelayanan ke masyarakat akan lebih cepat, dan sebagainya. "Kalau itu jadi bagus, peluang ekonomi digital kita itu bisa sampai 100-200 miliar dollar Amerika Serikat," imbuh dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement