REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu langkah Menteri BUMN, Erick Thohir dalam membenahi tata kelola BUMN adalah melakukan restrukturisasi utang dan penataan BUMN. Peneliti INDEF, Berly Martawardaya menilai langkah pertama yang perlu dilakukan Erick adalah dengan memetakan masalah.
Sebab, kata Berly pembenahan BUMN tak bisa dilihat hanya dari kondisi keuangan BUMN saja. Bukan hanya persoalan untung dan rugi saja, tetapi juga peran BUMN dalam tugas sosialnya.
"Pertama perlu dipetakan mana BUMN yg memang demi capai misi sosialnya akan sulit atau tidak bisa profit seperti Bulog. Lalu mana yg misi sosialnya tidak besar tapi kinerja keuangan dibawah rata2 industri. Ini yg perlu diawasi ketat dan dikaji potensi perbaikannya," ujar Berly kepada Republika, Senin (2/12).
Berly menjelaskan dengan memetakan dua cluster tersebut, barulah Erick bisa merumuskan langkah besar restrukturisasi dan penyelamatan BUMN. Pemetaan ini penting agar strategi pemulihan BUMN bisa tepat sasaran.
Ketiga, menurut Berly tak hanya menyelamatkan BUMN yang sakit saja, tetapi juga Erick perlu melakukan akselerasi bagi para BUMN yang memang sudah unggul di tingkat nasional agar bisa bersaing di kancah global.
"Seperi contohnya bank bank BUMN yang bukan hanya profit tapi harus mampu bersaing kedepannya," ujar Berly.
Terakhir, kata Berly agar pembenahan bisa berjalan dengan jangka panjang dan membawa dampak signfikan barulah pemerintah perlu memilih dan mengevaluasi kinerja direksi BUMN.
"Baru mengevaluasi kinerja direksi dan bila di bawah target (sesuai katagorinya) dicari orang-orang yang cocok, berpengalaman dan berintegritas untuk menjadi direksi Bumn tersebut," ujar Berly.