Selasa 26 Nov 2019 18:29 WIB

Tahun Depan, Pemerintah Ubah Sasaran Wisatawan Asing

Pemerintah mendorong peningkatan kualitas sasaran wisatawan asing yang datang.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah wisatawan asing bermain snorkeling di perairan Gili Meno, Desa Gili Indah, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Ahad (14/7/2019).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sejumlah wisatawan asing bermain snorkeling di perairan Gili Meno, Desa Gili Indah, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Ahad (14/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mulai tahun depan akan menggeser target sasaran wisatawan mancengara (wisman) dari sekadar kuantitas menjadi kualitas. Hal itu ditujukan agar devisa pariwisata yang dikantongi negara bisa lebih besar sehingga lebih bermanfaat bagi perekonomian domestik.

Kepala Biro Komunikasi Publik, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Guntur Sakti, mengatakan, perubahan konsep itu sudah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengan Nasional 2020-2024. "Target dalam RPJMN ini memang belum final, tapi dari konsep yang ada sudah saatnya bergeser dari quantity tourism ke quality tourism," kata Guntur kepada Republika.co.id, Selasa (26/11).

Baca Juga

Guntur menjelaskan, terdapat lima komponen yang menjadi dasar dari upaya peningkatan kualitas wisman tahun depan. Di antaranya yakni devisa dan nilai tambah pariwisata, kesiapan destinasi, industri dan masyarakat, kapasitas sumber daya manusia pariwisata, daya dukung lingkungan sekaligus citra pariwisata yang berdaya saing nusantara.

Lebih lanjut, ia menyampaikan, maksud dari pariwisata berkualitas yakni pada intinya meningkatkan turis yang datang ke Indonesia dengan nilai dan intensitas belanja jauh lebih besar. "Tahun 2024, target devisa kita mencapai 32 miliar dolar AS, dari angka devisa pariwisata tahun 208 lalu sebesar 19,3 miliar dolar AS," kata dia.

Dengan target devisa pada tahun 2024 mendatang, wisman diharapkan bisa tembus menjadi 24 juta kunjungan dari tahun 2018 sebanyak 15, 8 juta kunjungan. Sementara, untuk wisatawan nusantara ditargetkan mencapai 350-400 juta pergerakan pada tahun 2024. Pada tahun 2018, tercapat sudah terdapat 303 juta pergerakan.

"Untuk kontribusi pada PDB, pariwisata harus bisa berkontribusi 5,5 persen," kata Guntur.

Target yang besar itu harus dipersiapkan sejak saat ini. Termasuk dari sisi persiapan sumber daya manusia. Pemerintah, kata Guntur, wajib meningkatkan daya saing pariwisata yang ditinjau langsung oleh Travel and Tourism Competitive Index (TTCI). Pada tahun ini, peringkat daya saing pariwisata Indonesia berada di peringkat ke-40 di dunia.

Dalam kurun beberapa waktu terakhir, pariwisata Indonesia mendapatkan sejumlah penghargaan internasional. Seperti misalnya, Readers Choice Awards yang menobatkan Indonesia sebagai destinasi pariwisata terbaik di dunia. Nusa Tenggara Timur (NTT), juga menjadi pariwisata dunia dengan harga terjangkau versi Lonely Planet.

Tak hanya itu, destinasi wisata halal Indonesia juga menduduki peringkat pertama dalam Global Muslim Travel Index 2019 yang dirilis oleh lembaga riset Crescent Rating. Indonesia menyalip dua pesaingnya, yakni Uni Emirat Arab dan Malaysia.

Guntur mengatakan, dengan bekal penghargaan internasional, setidaknya Indonesia bisa memperkuat posisi daya tawar destinasi di pasar global. Hal itu bisa menjadi referensi akurat bagi para wisatawan mancengara. Namun di sisi lain, pemerintah masih harus mengembangkan dan memperbaiki strategi promosi sekaligus menjaga potensi pariwisata yang masih sangat besar.

"Kita akan bekerja sama dengan kementerian lain untuk memoles dan mengemas pariwisata Indonesia agar makin berkelas dunia," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement