REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petrokimia Gresik meluncurkan pupuk retail komersil NPK Petro Ningrat serta kantong pupuk nonsubsidi dengan desain baru di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Ahad (24/11). Direktur Utama Petrokimia Gresik, Rahmad Pribadi, mengatakan perusahaan saat ini sedang melakukan transformasi bisnis dengan sasaran untuk memperluas pangsa pasar (market share) dan menjadi pemain utama (dominant player) di sektor retail komersil.
"Kami ingin memperkuat barisan produk komersil kami, di mana saat ini Petrokimia Gresik baru menguasai sekitar 10 sampai 15 persen market share pupuk NPK retail komersil di Indonesia," ujar Rahmad dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (25/11).
Rahmad menyampaikan upaya memperkuat pasar ritel komersial adalah strategi Petrokimia Gresik untuk menghadapi kemungkinan berubahnya kebijakan pemerintah, di mana wacana pengalihan subsidi pupuk semakin kuat sehingga Petrokimia Gresik harus siap bersaing di pasar komersial.
"Kami adalah produsen pupuk NPK pertama, terbesar, dan berpengalaman di Indonesia. Sejak 2000 hingga kini telah memiliki 8 unit pabrik NPK dengan kapasitas produksi 2,7 juta ton per tahun," lanjut Rahmad.
Adapun pupuk yang diluncurkan adalah NPK Petro Ningrat 12-11-20 dengan kemasan 20 kg. Pupuk ini secara spesifik diperuntukan bagi tanaman perkebunan, hortikultura, dan umbi, seperti tembakau, kentang, cabai, bawang merah tomat, serta buah-buahan.
Rahmad menilai produk ini semakin melengkapi varian pupuk NPK Petrokimia Gresik, di mana sebelumnya perusahaan telah memiliki pupuk NPK Phonska Plus untuk sektor tanaman pangan, dan NPK Kebomas untuk sektor perkebunan korporasi maupun ekspor dengan beragam formulasi sesuai kebutuhan konsumen.
"Berdasarkan hasil uji coba, NPK Petro Ningrat bisa meningkatkan hasil panen tanaman perkebunan antara 10 hingga 37 persen," ucap Rahmad.
Aplikasi NPK Petro Ningrat pada tanaman kentang di Kota Batu (Jawa Timur), misalnya, mampu menghasilkan 41,25 ton per hektare, atau meningkat 37 persen. Kemudian uji coba tembakau di Kabupaten Jember dan Lombok Timur mampu menghasilkan panen 1,6 ton per hektare atau meningkat 10,6 persen dan 1,5 ton per hektare atau meningkat 11 persen. Sedangkan pada tanaman bawang merah di Kabupaten Nganjuk mampu menghasilkan 18 ton per hektare atau meningkat 28,5 persen.
"Dalam uji coba tersebut, NPK Petro Ningrat diaplikasikan bersama dengan pupuk organik Petroganik dan ZA," ucap Rahmad.
Rahmad melanjutkan NPK Petro Ningrat mengandung Nitrogen dalam bentuk Nitrat dan rendah chlor. Keunggulannya mampu memperbaiki aroma, warna, rasa dan kelenturan dari daun tembakau. Kemudian dapat membuat tanaman lebih tegak dan kokoh, merangsang pembentukan umbi dan buah, cocok digunakan untuk lahan kering; serta larut dalam air sehingga mudah diserap tanaman.
"Saat ini, produk tersebut secara teknis dan legalitas telah siap dikomersialisasikan," ungkap Rahmad.