Sabtu 23 Nov 2019 17:36 WIB

Berinvestasi Syariah tidak Rumit

Investasi di pasar modal syariah tidak serumit seperti yang dibayangkan banyak orang.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Gita Amanda
Data komposisi investor saham syariah terhadap total investor Bursa Efek Indonesia.
Foto: dok. BEI
Data komposisi investor saham syariah terhadap total investor Bursa Efek Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Influencer fesyen Muslim Qonitah Al Jundiah atau akrab disapa Tata baru menyadari, praktik investasi di pasar modal syariah tidak serumit seperti yang dibayangkan banyak orang. Meski sempat bingung dengan istilah asing seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kini ia sudah berperan aktif sebagai salah seorang investor.

Perkenalan Tata dengan pasar modal baru terjadi pada tujuh bulan lalu. Saat itu, ia terlibat dalam kegiatan investor incubator, platform untuk mengenalkan perencanaan keuangan, mengatur aliran dana (cashflow) hingga investasi syariah. Tidak sekadar teori, Tata juga diajak untuk merasakan membeli saham secara langsung. "Dan, di situ merasa, (berinvestasi syariah) tidak serumit itu," ujarnya dalam sesi diskusi Keluarga Berkah Investasi Syariah sebagai bagian dari acara Sharia Investment Week di Mainhall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Sabtu (23/11).

Baca Juga

Tata mengakui, awal-awal berkenalan dengan pasar modal syariah, dirinya sempat pusing. Terlebih, ketika melihat grafik IHSG yang berwarna merah dan hijau. Alumnus sekolah fesyen ini juga dituntut memahami bahasa finansial yang jarang didengarnya seperti likuiditas dan margin.

Tapi, karena sudah terlanjur berinvestasi, mau tidak mau Tata belajar secara pelan-pelan. Mulai dari hal-hal fundamental hingga membaca tren global yang pasti memberikan dampak terhadap kinerja saham dan pasar modal secara keseluruhan.

Paksaan itu membuahkan banyak manfaat baginya. Menurut Tata, kini ia tidak sekadar memahami cara memperkaya materi di masa depan, perilakunya pun perlahan berubah. "Cashflow keluarga sekarang mulai benar. Saya dan suami juga bisa track apa sih yang ingin kita achieve dan progressnya sudah sejauh mana," ucapnya.

Dari beberapa instrumen yang ada, Tata memilih saham dan reksadana syariah. Sebab, ia ingin investasi yang dilakukan lebih dari memperkaya finansial, juga ada nilai ibadahnya. Tata menjelaskan, dirinya juga selalu merasa tenang karena telah mengambil keputusan sesuai dengan prinsip Islam, agama yang dianutnya.

Untuk para calon investor, Tata memberikan saran agar tidak terlalu lama berpikir untuk berinvestasi secara syariah. Apabila sudah memahami fundamentalnya, segera lakukan. Pasalnya, pelajaran investasi tidak bisa dipahami dengan teori semata, melainkan harus praktik. "Pada akhirnya, kita akan paham," tuturnya.

Tapi, Tata menekankan, proses belajar tidak akan berhenti sampai kita sudah menaruh uang di saham ataupun reksadana. Meski sudah aktif sebagai investor, ia kini juga masih belajar banyak hal mengenai investasi. Tidak hanya untuk memperkaya diri sendiri, juga untuk mengajak teman dan kerabat yang memang masih awam dengan investasi, terutama di pasar modal syariah.

Konsep berbagi ilmu ini juga dijalankan oleh Founder Sahamsyariah.com Asep Muhammad Saepul Islam. Ia bahkan langsung mengajak anaknya yang masih bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (SD) untuk ‘bermain’ saham. "Saya ingin ajarkan, kita juga bisa mengambil bagian dari perkembangan suatu perusahaan," ujar lelaki yang akrab disapa Kang Asmi ini.

Keputusan Kang Asmi untuk mengenalkan saham ke anaknya bukan tanpa sebab. Ia merasa menyesal karena sudah hidup selama 25 tahun, tapi tidak mengenal konsep investasi sedari dulu. Karena tidak dapat mengulang waktu, Kang Asmi memutuskan ‘balas dendam’ dengan mengajarkan investasi ke anaknya. Saat ini, keempat anaknya sudah memiliki tabungan reksa dana dan saham.

Menurut Kang Asmi, tidak ada kata terlalu cepat untuk berinvestasi syariah. Sebab, waktu adalah sahabat investasi. "Semakin menunda, semakin kecil imbal hasil yang kita dapatkan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement