REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Antam Tbk menyatakan, total emas yang terjual sampai November ini telah menembus 31 ton. Angka itu melebihi target 2019 yang sebanyak 30 ton.
"Tahun lalu emas terjual sebanyak 26 ton. Jadi demand lebih banyak," ujar VP Precious Metal Sales & Marketing UBPP Logam Mulia Iwan Dahlan kepada wartawan di Jakarta, Jumat, (22/11).
Pada kuartal ketiga 2019, kata dia, komposisi penjualan Antam memang didominasi oleh emas yakni mencapai 71 persen dengan nilai Rp 17,52 triliun. Melihat potensi itu, tahun depan, kata Iwan, perseroan menargetkan emas terjual bisa mencapai sekitar 35 ton.
Menurutnya, emas merupakan instrumen investasi paling stabil dibandingkan lainnya. Volatilitas emas pun lebih rendah.
"Harga emas juga berpotensi naik terus. Meski ada fluktuasi tapi relatif kecil. Harga emas cenderung berada di atas kenaikan inflasi," ucap Iwan.
Maka, lanjutnya, orang bisa membeli emas kapan saja, tidak perlu menunggu waktu tertentu. Apalagi bila tujuannya untuk hedging atau lindung nilai.
"Tambang emas itu nggak banyak. Sementara hampir seluruh dunia memerlukan emas, dilihat dari situ secara historikal harga emas trennya naik," jelas dia.
Baru-baru ini Antam mengadakan program reseller, platform beli jual emas digital Lakuemas pun menjadi salah satu reseller perusahaan BUMN tersebut. "Kami terbuka pada siapa saja. Lakuemas dengan inovasi vending machine atau ATM emas diharapkan bisa menarik para milenial berinvestasi emas," ujarnya.