REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Syariah Universitas Indonesia, Yusuf Wibisono menyampaikan masalah utama Baitul Maal wa Tamwil (BMT) adalah pendanaan yang lemah. Sehingga, biaya dana atau cost of fund menjadi sangat mahal.
"Pricing BMT karenanya selalu tinggi," kata dia pada Republika, Kamis (21/11).
Masalah ini bisa dicoba selesaikan dengan pembentukan apex bank. Perannya untuk BMT menjadi penting dan signifikan sebagai lembaga penyangga pendanaan dan fasilitas likuiditas.
Masalahnya, kata Yusuf, bank syariah yang diharapkan berperan sebagai apex juga tidak punya kelonggaran likuiditas yang terlalu besar. Sebagian besar bank syariah pun masih memiliki cost of fund yang tidak murah. Maka dari itu, perlu terobosan yang dilakukan langsung oleh regulator.
Yusuf mengatakan pemerintah bisa mengkonversi salah satu dari empat bank BUMN untuk menjadi bank syariah dan menjadikannya apex bank untuk BMT. Atau, bank BUMN syariah sebagai apex bank melakukan penghimpunan dana di pasar modal syariah, dan menyalurkannya ke BMT.
Pemerintah bisa secara langsung menyalurkan semua dana program kredit untuk usaha rakyat melalui BMT. Yusuf mengaku optimis pemerintah bisa melakukan terobosan yang dulu tidak dilakukan.
"Saya masih optimistis karena saat ini sudah ada KNKS dan Kiai Ma'ruf sebagai wapres, mudah-mudahan ada terobosan," katanya.
Jika tidak ada, menurutnya, perkembangan BMT akan terus stagnan. Mereka akan semakin sulit dapat keunggulan kompetitif dibandingkan keuangan mikro lainnya.