REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pariwisata halal dinilai menjadi salah satu mesin utama pendorong pertumbuhan ekonomi di tengah guncangan ekonomi global. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doddy Budi Waluyo, adanya guncangan ekonomi global serta kekacauan politim di beberapa negara menyebabkan permintaan yang lebih rendah dan meningkatknya ketidakpastian dalam ekonomi.
"Pariwisata halal yang terletak di sektor riil diharapkan menjadi salah satu mesin untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi yang menantang di ekonomi global saat ini," ujar Doddy Budi Waluyo pada acara 6th Indonesia Sharie Economic Festival, di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (15/11).
Bank Indonesia dan para pemangku kepentingan lainnya, berkomitmen untuk mendorong wisata halal yang potensinya sangat besar. Menurut Doddy, dari sudut pandang tingkat makro, pertumbuhan pariwisata halal menjadi salah satu sektor yang paling menjanjikan dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Dalam perspektif mikro, sejumlah besar pemuda, populasi produktif dengan kesadaran yang lebih tinggi untuk mengadopsi gaya hidup Muslim telah mendorong industri pariwisata halal ke tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi daripada sebelumnya dalam waktu dekat yang dapat diperkirakan.
Perkembangan industri pariwisata halal di Indonesia sangat pesat. Menurut Indeks Perjalanan Muslim Global (GMTI) 2019, pariwisata halal Indonesia telah memenangkan tempat pertama.
Tahun lalu, ada 140 juta turis Muslim dengan belanja online sebesar 35 miliar dolar AS. Jumlah wisatawan Muslim global terus meningkat per tahun, dan pada tahun 2020, diproyeksikan akan mencapai 158 juta orang.
"Ini berarti ada segmen pasar yang harus dikerjakan, apalagi, Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Oleh karena itu, industri pariwisata halal telah ditetapkan sebagai sektor utama, pendorong utama untuk pengembangan industri halal kami," jelas Doddy.