Jumat 08 Nov 2019 01:21 WIB

Tahun Depan Garuda dan Sriwijaya Resmi Cerai

Garuda dinilai terlalu mendominasi di Sriwijaya sehingga operasional tak efisien.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolanda
Logo of Sriwijaya Air (illustration)
Foto: Antara/Rezky Purwono
Logo of Sriwijaya Air (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air kembali bercerai usai beberapa waktu lalu menyatakan rujuk kembali. Keduanya membutuhkan waktu hingga tiga bulan ke depan untuk resmi menghentikan kerja sama.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan selama tiga bulan ini pemerintah melibatkan BPKP untuk mengaudit konsesi keuangan kedua maskapai ini selama mereka menjadi satu grup. Usai audit BPKP, maka keduanya menjalankan bisnisnya masing masing.

"Garuda dan Sriwijaya tadi kita sudah sepakat di tandatangani kerja samanya akan selama tiga bulan ke depan. Kami melibatkan audit BPKP untuk bisa membereskan persoalan keuangan mereka," ujar Luhut di Kantornya, Kamis (7/11).

Luhut mengatakan audit BPKP diharapkan bisa berjalan cepat sehingga kedua perusahaan bisa segera menyelesaikan kemelut di antara keduanya dan bisa kembali beroperasional secara mandiri.

"Audit sudah mulai jalan kita harapkan audit itu akan keluar hasilnnya mungkin dalam seminggu atau sepuluh hari ke depan," ujar Luhut.

Kuasa hukum sekaligus Shareholder Sriwijaya Air, Yusril Izha Mahendra menjelaskan kembali berseterunya kedua maskapai ini karena dominasi Garuda dalam urusan teknis Sriwijaya. Ia juga menjelaskan banyak ketidakjelasan pelaksanaan tata kelola Sriwijaya yang melenceng dari kesepakatan bersama.

"Menurut hemat saya akibat ketidakjelasan perjanjian awal yang dibuat lebih setahun yang lalu sehingga terjadi saling menyalahkan," ujar Yusril di Kemenko Maritim, Kamis (7/11).

Ia mengatakan campur tangan Garuda yang terlalu terhadap Sriwijaya malah membuat maskapai tidak efisien. Yusril mencontohkan perawatan pesawat yang ditangani Garuda via Garuda Maintenance Facility malah membuat ongkos operasional hingga nominal utang Sriwijaya membengkak.

"Padahal, maksud dan tujuan kerja sama adalah untuk meningkatkan kapabilitas Garuda membayar utang kepada beberapa BUMN," ujar Yusril.

Ia juga menambahkan perjanjian sementara Garuda dan Sriwijaya yang disepakati 31 Oktober 2019 lalu akan diperpanjang tiga bulan ke depan. Pelayanan kepada penumpang, lanjut Yusril, akan tetap berlangsung seperti biasa.

"Kemudian dalam waktu yang tidak terlalu lama akan diadakan revisi. Perjanjian antara pihak Sriwijaya dan Garuda. Dan itu kami akan lakukan segera. Dan tentu saya akan bertanya juga akan bertanya kepada pemegang saham mayoritas Sriwijaya apakah akan menerima proposal ini meneruskan kerja sama ini atau malah akan menghentikannya sama sekali itu nanti akan diputuskan segera dalam sehari dua hari ini," ujar Yusril.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement