Selasa 29 Oct 2019 19:15 WIB

Ingin Buat Produk Skincare dan Kosmetik Sendiri Cukup Rp20 Juta

Bisnis kosmetik di Indonesia memiliki peluang yang cukup besar.

Rep: Herning Banirestu(swa.co.id)/ Red: Herning Banirestu(swa.co.id)
3a7bf877-1381-47f9-9fca-ec03f75ded74.jpg
3a7bf877-1381-47f9-9fca-ec03f75ded74.jpg

Menurut Iaporan dari beauty Market Survey (BMS) dari Nielsen dan Euro Monitor, nilai industri kosmetik di Indonesia mencapai Rp 36 triliun. Dan produk skin care menyumbang cukup besar sekitar 31,7% di tahun 2018. Inilah yang digarap serius PT Adev Natural Indonesia sejak 2007.

Bisnis kosmetik di Indonesia memiliki peluang yang cukup besar. Dilansir dari situs Kemenperin, pada tahun 2018 pertumbuhan industri kosmetik di Indonesia naik 15% dari tahun sebelumnya, kemudian meningkat lagi sebanyak 9% menjadi 29% di tahun 2019. Peningkatan ini besar kecilnya dipengaruhi oleh kemudahan memproduksi kosmetik milik sendiri yang difasilitasi oleh perusahaan jasa maklon atau original equipment manufacture (OEM).

Perusahaan ini dibangun oleh Prof. Dr. Ir Eriza Hambali, MSi yang kini menjabat Komisaris Utama PT Adev Natural Indonesia, fokus menggarap berbagai produk kosmetik dan skin care dengan konsep 'back to nature' dalam pembuatan seluruh produknya.

“Kami awalnya membuat sabun transparan. Terinspirasi setelah saya melihat di Dubai, penjualan produk ini tinggi,” ujarnya di Saung Pak Ewok Bogor dalam rangka temu media dan influencer memperkenalkan Adev (26/10/2019).

Eriza mengungkapkan, Adev didirikan dari ide sekelompok mahasiswanya di ITB yang ingin mengikuti sebuah lomba Kreativitas dan Penelitian Mahasiswa. Ia pun mengusulkan untuk membuat sabun transparan setelah lihat penjualan tinggi sabun ini di Dubai.

Awalnya usaha ini dari ruangan 3x3 m2 saja, dengan modal Rp 250-400 juta di awal usahanya, bisnis ini terus meningkat permintaannya, sempa lt pindah tempat di lokasi Kampus IPB, tapi tidak lama kemudian pindah pabriknya di bekas pabrik tahu di Bogor hingga sekarang.

“Permintaan membuatkan atau alih produksi dan markloan belakangan makin berkembang, dengan dukungan media sosial banyak beauty influencer ingin memiliki merek kosmetik atau perawatan kulit sendiri,” ujarnya. Mereka tidak perlu memiliki pegawai banyak, bahkan mengurus ijin usaha berbelit dan ijin Amdal (analisa dampak lingkungan) pun tidak perlu mereka lakukan dengan mengalih produksi produk kosmetik dan perawatannya ke Adev.

Kalau sepi produksi 1 bulan produk yang dipesan bisa selesai, kalau sedang banyak antri bisa 3 bulan. Setidaknya klien menyiapkan Rp 20 juta untuk sekali order minimal produksi,” terangnya.

Saat ini Adev didukung oleh 250 orang pegawai. Dengan makin tingginya permintaan pertumbuhan bisnis Adev tahun ini dibanding tahun lalu mencapai tiga kali lipat. Dengan porsi 80% produksinya untuk sabun transparan.

Menurut Eriza, dengan mengalih produksi produknya ke Adev, para milenial yang ingin menggeluti bisnis ini, misalnya, diuntungkan karena tidak perlu membangun pabrik sendiri, tidak perlu merekrut dan mengurusi karyawan atau SDM, efisien dalam biaya, tidak perlu repot mengurusi kelegalan produk, tidak perlu turun tangan langsung dalam proses produksi; dan dapat fokus dalam menyusun strategi pemasaran produk.

Eriza mengakui banyak perusahaan yang menawarkan layanan serupa Adev, namun ia mengklaim dengan bahan natural yang menjadi bahan utama produksinya, Adev memiliki keunggulan sendiri.

Ia menyebut keunggulan lain membuat produk kosmetik miliki sendiri bersama Adev adalah pertama tim Adev akan senantiasa memberikan respon yang cepat, kedua pemberian sampel produk gratis hingga dua kali kesempatan revisi, ketiga formula produk yang telah teruji dan terpercaya memiliki khasiat, kelegalan yang terjamin dan formula produk yang dalam disesuaikan dengan keinginan konsumen.

Guru Besar IPB ini juga mengaku bahwa Adev menawarkan modal awal tidak tinggi bagi mereka yang ingin membuat produk skincare atau kosmetik yaitu Rp20 juta mulai dari proses pengembangan formula, proses produksi, desain kemasan, pengurusan kelegalitasan hingga pengiriman barang kepada konsumen.

Merek Cloris, merek produk-produk perawatan khusus pria, sudah sejak Desember 2016 maklon produknya di Adev dengan penjualan hanya melalui internet dan media sosial. Lalu juga dengan Akbar tanjung pemilik dari merek Klinskin dan Zaki Mubarak pemilik dari merek Mahira. Keduanya mendulang kesuksesan dengan berbisnis di bidang kosmetik dengan maklon produknya di Adev.

www.swa.co.id

 

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement