REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) resmi menetapkan PT Bank Muamalat Indonesia sebagai mitra distribusi dalam rangka penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Ritel di Pasar Perdana Domestik. Bank Muamalat adalah bank syariah ketiga yang menjadi mitra distribusi SBSN.
"Keputusan ini tertuang melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.08/2018 tentang Penerbitan dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Ritel di Pasar Perdana Domestik," tulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) dalam rilisnya, Selasa (28/10).
Dengan demikian, terdapat 23 mitra distribusi yang akan membantu pemerintah untuk melayani pemesanan pembelian SBSN Ritel secara langsung melalui sistem elektronik (layanan online). Sebanyak tiga di antaranya merupakan bank umum syariah. Selain Bank Muamalat, ada juga PT Bank BRI Syariah dan PT Bank Syariah Mandiri yang sudah terlebih dahulu tercatat sebagai mitra distribusi.
Pada November, pemerintah melalui Kemenkeu akan kembali melakukan penjualan Green Sukuk Ritel atau Sukuk Tabungan seri ST006 secara online. Penjualan ini akan menjadi penawaran pertama Bank Muamalat bersama 22 mitra distribusi lain.
Selain tiga bank umum syariah, sebanyak 12 mitra distribusi SBSN ritel lainnya adalah bank umum, tiga perusahaan efek, tiga perusahaan efek khusus (APERD Financial Technology) dan dua perusahaan teknologi finansial (tekfin).
Sebelumnya, ST yang terakhir ditawarkan adalah seri ST005 pada Agustus. Total volume pemesanan pembelian ST005 yang ditetapkan mencapai Rp 1,96 triliun dengan jumlah investor sebanyak 10.029 orang.
Secara total, sepanjang 2019, pemerintah berencana menerbitkan 10 SBN ritel. Sampai dengan Oktober, sembilan SBN ritel sudah ditawarkan dan dibeli masyarakat. Realiasi total volume pemesanan pembelian instrumen investasi ini adalah Rp 48,43 triliun. Angka ini masih jauh di bawah target pemerintah, Rp 60 triliun sampai Rp 80 triliun.
SBN ritel terbaru yang ditawarkan adalah Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI016 yang mencatatkan penjualan Rp 8,21 triliun. Hasil penjualannya juga kurang dari target indikatif, Rp 9 triliun maupun penjualan ORI015 yang mampu mencapai Rp 23 triliun.