Sabtu 26 Oct 2019 12:37 WIB

Paceklik tak Halangi Panen Raya di Desa Wiroko Wonogiri

Dari satu hektare sawah petani di Wiroko bisa menghasilkan enam ton gabah.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Taman Asri yang merupakan petani binaan Dompet Dhuafa, mereka berhasil melakukan panen raya, pada Jumat (25/10).
Foto: Dompet Dhuafa
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Taman Asri yang merupakan petani binaan Dompet Dhuafa, mereka berhasil melakukan panen raya, pada Jumat (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Musim kemarau kepanjangan yang menerjang  wilayah Wonogiri dan wilayah Pulau Jawa, banyak membuat petani mengalami penurunan produksi gabah, bahkan gagal panen. Namun tidak bagi petani di Desa Wiroko, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Taman Asri yang merupakan petani binaan Dompet Dhuafa, mereka berhasil melakukan panen raya, pada Jumat (25/10) lalu.

“Alhamdulillah pada hari ini, kami melakukan panen raya di Desa Wiroko, Tirtomoyo, Wonogiri. Walau kami sedang mengalami kemarau panjang, dari satu hektare sawah kami masih bisa menghasilkan enam ton gabah,” terang Purwanto, Kepala Gapoktan Taman Asri Desa Wiroko.

photo
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Taman Asri yang merupakan petani binaan Dompet Dhuafa, mereka berhasil melakukan panen raya, pada Jumat (25/10).

Menerapkan prinsip pertanian organik SRI (System of Rice Intencification), padi hasil garapan Gapoktan Taman Asri berhasil menghasilkan enam ton gabah, bahkan di masa paceklik. Keberkahan tersendiri bagi petani di desa Wiroko, tepat empat bulan lalu tim ekonomi Dompet Dhuafa bekerja sama dengan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Lembah Kemuning melakukan intervensi kepada mereka. Dengan menggunakan metode SRI, petani menunda penanaman dan mengembalikamn unsur hara tanah dengan kompos.

“Terimakasih kepada Dompet Dhuafa dan KLP Lembah Kemuning yang telah menularkan ilmunya dan membimbing kami dengan ikhlas. Saat sawah lain tidak bisa bertahan dari wereng dan kemarau panjang, Alhamdulillah kami bisa bertahan hingga panen raya,” tandas Purwanto.

Hal tersebut membuat beras hasil dari metode SRI seratus persen organik tanpa adanya kandungan pestisida dan pupuk kimia. Petani yang awalnya ragu, kini optimistis untuk menghadapi musim tanam selanjutnya. Mengingat sawah lain yang masih menggunakan cara tanam biasa, tidak bisa bertahan dari hama wereng dan kemarau panjang. Hasil panennya pun hanya berkisar 2-4 ton saja.

Inisiator, Pendiri, dan Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi menyampaikan apresiasinya dan kredit khusus untuk para petani di Desa Wiroko. "Menghadapi paceklik yang meluas, petani di Desa tersebut berhasil melaluinya. Walaupun tidak ada air, Desa Wiroko tetap panen tetap panen berkat kerja sama dengan Dompet Dhuafa, KLP Lembah Kemuning dan tentunya, petani-petani yang gigih," ujarnya dalam siaran pers.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement