Kamis 24 Oct 2019 05:19 WIB

Mengapa Okupansi Hotel di Luar Jawa Merosot?

Di luar Jakarta hotel yang terus tumbuh adalah hotel bintang 3.

Rep: Chandra Maulana(swa.co.id)/ Red: Chandra Maulana(swa.co.id)
WhatsApp Image 2019-10-23 at 14.49.37-min (1)
WhatsApp Image 2019-10-23 at 14.49.37-min (1)

Menyoroti laporan Indonesia Property Market Overview Q3 2019 yang dikeluarkan oleh Coldwell Banker Commercial (CBC) untuk industri perhotelan, menyebutkan, terjadi kenaikan pasokan hotel sebesar 1,5% selama 2019 dengan penambahan pasokan baru terdapat di Bali, Tangerang, Surabaya, Medan, Semarang dan Balikpapan.

Berdasarkan kelasnya, pasokan hotel baru yang mulai beroperasi dalam periode Januari-September 2019 terdiri dari hotel bintang 3 sebanyak 48,6%, bintang 4 dengan 23,0% dan bintang 5 dengan 28,4%.

Menurut Tommy H Bastamy, Managing Partner CBC Indonesia, hotel bintang 4 terus bertumbuh di Jakarta, namun di luar Jakarta yang terus tumbuh adalah hotel bintang 3. “Bintang 3 memang kontribusinya terus meningkat dari tahun 2017 hingga tahun 2019,” ujarnya di Jakarta, (23/20/2019).

Rata-rata tingkat hunian hotel mencapai 65,5% pada akhir Q3 2019. Tingkat penyerapan sektor hotel mengalami penurunan sebesar -2,0% hingga -8,6% selama sembilan bulan 2019, sehubungan dengan berkurangnya aktivitas MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) dan perjalanan bisnis sehubungan dengan tingginya harga tiket yang berlaku. Akan tetapi, hal tersebut terutama terjadi untuk hotel-hotel di kota-kota di luar Pulau Jawa.

Sementara hotel di kota-kota besar di Pulau Jawa masih menunjukkan tingkat hunian yang baik. Permintaan di Semarang dan Bandung masih lebih baik dibandingkan kota-kota lain, karena pengunjung dari Jakarta beralih dari menggunakan pesawat menjadi jalur darat dengan tol Trans Jawa dan kereta api.

Lalu beberapa kota di luar Jawa seperti Makassar, Medan, dan Balikpapan justru mengalami penurunan permintaan sehubungan dengan mahalnya tiket pesawat dan penurunan kegiatan MICE dari Jakarta. Isu politik dan Pemilu yang terjadi pada tahun 2019 ini juga memengaruhi permintaan kamar hotel, beberapa kegiatan MICE ada yang ditunda sehubungan dengan demo dan kerusuhan yang terjadi pada tahun 2019 ini.

Permintaan hotel di Bali masih dikontribusikan oleh kegiatan wisata baik dari domestik dan mancanegara. Bencana erupsi Gunung Agung pun sudah tidak terlalu memengaruhi permintaan. Kegiatan demo yang terjadi di Jakarta sempat membuat penurunan permintaan di Bali.

Dengan menurunnya tingkat penyerapan, tarif kamar mengalami penurunan antara -1,5% sampai 9,6%. Akan tetapi beberapa kota yang masih dapat dijangkau dengan akses kereta dari Jakarta tidak menunjukkan penurunan, bahkan Semarang dan Bandung menunjukan kenaikan tarif kamar antara 7,5% sampai 3,8% dibanding tahun lalu.

Permintaan hotel sangat dipengaruhi oleh adanya acara yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun perusahaan nasional Indonesia. Dengan diadakannya acara berskala internasional seperti Asian Games 2018 akan menjadi bangkitan besar bagi permintaan hotel.

Lalu menyoroti perkembangan di Jakarta, sejumlah 629 kamar hotel baru mulai dioperasikan di pasar Jakarta selama Januari-September 2019, memadukan pasokan kumulatif hotel mencapai 38.055 kamar atau meningkat sebesar 1,68% dari akhir tahun 2018.

Rata-rata tingkat hunian hotel di Jakarta pun mencapai 61.32% pada akhir Q3 2019, dengan total kamar terhuni sejumlah 23.337 kamar. “Berdasarkan kelasnya, hotel bintang 4 di Jakarta menunjukan kinerja pasar yang paling baik dengan rata-rata tingkat hunian mencapai 65.67% diikuti oleh hotel bintang 5 dan 3 masing-masing 59.38% dan 56.50%,” papar Tommy.

Selama Januari-September 2019, total penyerapan bersih kamar hotel di Jakarta mencapai -429 kamar, menurun cukup besar dibandingkan pencapaian penyerapan tahun 2018 yaitu mencapai 3.021 kamar. Hal ini disebabkan karena adanya penyelengaraan Asian Games 2018.

Harga tiket pesawat yang tinggi pun akibat terhadap jumlah kedatangan tamu hotel khususnya “business traveler" dari luar kota serta tingkat persaingan hotel yang semakin ketat karena penambahan pasokan kamar baik dari hotel chain maupun virtual hotel.

Sejalan dengan penurunan tingkat permintaan di Jakarta, tarif kamar juga mengalami penurunan sebesar -9,30% jika di bandingkan akhir tahun 2018 lalu. Rata-rata harga sewa kamar hotel di Jakarta pada Triwulan Ill /2019 berada pada angka Rp1.260.683 per malam.

www.swa.co.id

 

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement