Rabu 23 Oct 2019 08:08 WIB

Rencana IPO Tahun Depan, Ternyata Startup Penginapan Daring Ini Masih Rugi Triliunan

Kerugian operasional Airbnb mencapai 306 juta dolar AS pada kuartal pertama.

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Rencana IPO Tahun Depan, Ternyata Startup Penginapan Daring Ini Masih Rugi Triliunan. (FOTO: Reuters/Yuya Shino)
Rencana IPO Tahun Depan, Ternyata Startup Penginapan Daring Ini Masih Rugi Triliunan. (FOTO: Reuters/Yuya Shino)

Warta Ekonomi.co.id, Surakarta

Airbnb ingin melantai di bursa tahun depan, namun perusahaan itu masih alami kerugian. Melihat hal yang terjadi pada Uber dan Lyft tahun ini, rencana IPO Airbnb diprediksi tak akan berjalan lancar.

Kerugian operasional Airbnb mencapai 306 juta dolar AS (sekitar Rp 4,3 triliun) pada kuartal pertama, dua kali lipat dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pengeluaran perusahaan itu juga meningkat signifikan menjadi 367 juta dolar AS, naik 58 persen dari tahun sebelumnya untuk kebutuhan oenjualan dan pemasaran.

“Hal itu dilakukan untuk persiapan melantai di bursa,” kata perusahaan, dikutip dari Fox Business, Selasa (22/10/2019).

Baca Juga: Dahsyat!! Pertumbuhan Airbnb Turunkan Tarif Hotel dan Hunian (I)

Baca Juga: Dahsyat!! Airbnb Menghilangkan Potensi Pendapatan Hotel Konvensional (II)

Biaya untuk kuartal itu pun tumbuh 47 persen, berpotensi menghasilkan masalah pada IPO jika pertumbuhan perusahaan tak mengimbangi nilainya. Kenaikan dalam pengeluaran iklan mengindikasikan, perusahaan sulit mempertahankan loyalitas pelanggan.

Ketika dimintai keterangan, Juru Bicara Airbnb tak segera menjawabnya.

Margin kotor tumbuh sekitar 66,6 persen, lebih rendah 68,7 persen dari margin tahun sebelumnya. Sementara, laba operasinya pada 2018 mencapai 18,7 juta, sebelum dikenakan bunga dan pajak.

Wall Street memang jadi berhati-hati setelah yang terjadi pada IPO Uber dan Lyft yang tergolong gagal. Kedua saham perusahaan itu turun sejak debutnya karena kecemasan mengenai profitabilitas berkelanjutan. Sebab keduanya terkenal dengan sistem ‘bakar uang’.

Uber membukukan kerugian 5,2 miliar dolar AS pada kuartal kedua, angka terbesar sejak 2017. Sementara, Lyft merugi lebih dari 644 juta dolar AS. 

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement