REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Proyek ambisius Facebook dalam membangun mata uang digitalnya, Libra, kembali terganjal. Setelah Ebay Inc, Stripe Inc, dan Mercado Pago, kini giliran Visa dan Mastercard yang menarik diri dari proyek mata uang kripto tersebut.
Dilansir dari Reuters, Ahad (13/10), adapun anggota asosiasi yang tersisa saat ini seperti Lyft dan Vodafone sebagian besar terdiri dari perusahaan modal ventura, telekomunikasi, blockchain, perusahaan teknologi, dan kelompok nirlaba. Meski ditinggalkan sejumlah perusahaan pembayaran, Kepala Proyek Facebook yang juga mantan eksekutif PayPal, David Marcus menilai hal itu bukan menunjukkan nasib akhir Libra.
Kendati demikian dia mengakui, kepergian perusahaan pembayaran besar itu dapat menjadi sentimen buruk dalam jangka pendek. Sedangkan Kepala Kebijakan dan Komunikasi Facebook Dante Disparte menyatakan, meski ditinggal banyak perusahaan besar pihaknya menegaskan bahwa Libra akan terus bergerak maju.
“Kami terus bergerak maju dan membangun asosiasi yang kuat. Untuk itu kami bakal menggandeng beberapa perusahaan terkemuka dunia dan pemangku kepentingan lainnya,” kata Disparte.
Seperti diketahui, Facebook berambisi meluncurkan mata uang Libra pada Juni 2020 nant. Hanya saja dalam prosesnya, sejumlah kalangan mengkritisi rencana tersebut, termasuk kalangan regulator. Misalnya, pada September kemarin, Perancis dan Jerman hendak memblokir Libra.
Sedangkan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menyarankan agar proyek itu tidak dijalankan sebelum Facebook memperbaiki hal-hal terkait privasi, pencucian uang, perlindungan konsumen, serta stabilitas keuangan. Sementara itu Bos Facebook, Mark Zuckerberg dijadwalkan bakal membahas proyek ini pada, Rabu (23/10) saat memberikan kesaksian di depan Komite Layanan Keuangan DPR Amerika Serikat.