Jumat 11 Oct 2019 00:35 WIB

PLN Targetkan Listriki Seluruh Desa di Papua pada 2020

PLN mengoptimalkan energi baru dan terbarukan untuk melistriki Papua dan Papua Barat.

Presiden Joko Widodo (ketiga dari kiri) meresmikan 74 desa baru berlistrik untuk Papua dan Papua Barat, Rabu (20/12). Peresmian bertempat di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua.
Foto: Republika/Rahmat Hadi Sucipto
Presiden Joko Widodo (ketiga dari kiri) meresmikan 74 desa baru berlistrik untuk Papua dan Papua Barat, Rabu (20/12). Peresmian bertempat di Kabupaten Nabire, Provinsi Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) menargetkan melistriki 78 ribu rumah di Papua dan Papua Barat pada 2020. Target itu dicanangkan untuk mencapai rasio desa berlistrik (RDB) sebesar 100 persen di Bumi Cendrawasih. 

Berdasarkan data Kementrian ESDM, RDB di Provinsi Papua dan Papua Barat saat ini sebesar 98,3 persen yang dicapai melalui kontribusi PLN (48,5 persen), program LTSHE (Lampu Tenaga Surya Hemat Energi) dari  Kementrian ESDM, dan listrik swadaya inisiatif pemda-pemda setempat.  

 

Executive Vice President Operasi Regional Maluku Papua (OR-MP) Indradi Setiawan mengatakan, PLN telah melakukan Ekspedisi Papua Terang yang bertujuan memetakan potensi hingga tantangan untuk membangun sistem kelistrikan di Papua. 

 

Pada 2018 misalnya, survei dilakukan ke wilayah pedalaman Timika yang juga melibatkan mahasiswa dan tim PLN. 

Survei yang dilakukan meliputi penghitungan jumlah penduduk yang harus dilayani,  pengukuran luas lahan dan bidang tanah sebagai lokasi penempatan instalasi listrik, serta kondisi medan jelajah.  

 

"Hasil survei tersebut menjadi dasar penentuan jenis sistem pembangkit listrik yang akan diterapkan," kata Indradi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (10/10). 

Karena daerah Timika lokasinya di muara dan merupakan  wilayah berawa,tidak memungkinkan dibangun instalasi permanen dari semen. Tim survei merekomendasikan penggunaan panel surya sebagai pembangkit listrik skala lokal.

Indradi mengatakan, hasil survei tim menjadi pembuka peta tentang berapa kapasitas listrik yang diperlukan untuk Papua, serta program dan jenis pembangkit apa yang cocok untuk  masing-masing lokasi. Dari sana pula PLN bisa menghitung keperluan SDM yang akan mengelola, serta  menyiapkan pembangunan dan materialnya. 

Wilayah Kerja PLN di Papua dan Papua Barat mencakup luas 546.633 km persegi yang mencakup 3.749 pulau. Dari ribuan pulau itu, hanya 140 pulau yang berpenghuni dan PLN sudah melistriki 128 di antaranya dengan pembangunan transmisi sepanjang 218 kms yang dilayani gardu.

 

Sebanyak 128 pulau itu dilayani dengan 108 sistem kelistrikan. 18 di antaranya merupakan sistem kelistrikan besar dan 90 sisanya sistem kelistrikan kecil.

Total daya mampu dari 108 sistem kelistrikan itu mencapai 358.97MW, dengan beban puncak 285.45 MW.

 

“Memang secara umum, kondisinya perlu ditingkatkan. Masalahnya pertumbuhan masing-masing  distrik itu tidak sama. Kami harus berhitung cermat. Kalau over investasi juga bahaya, apalagi semua daerah itu masuk wilayah subsidi,” jelas Indradi. 

 

Dengan tantangan geografi, kerapatan hunian dan infrastruktur yang terbatas, Program 1000 Energi Terbarukan dipandang bisa menjadi solusi untuk percepatan elektrifikasi melalui implementasi model wireless electricity.  PLN mengoptimalkan  energi lokal berbasis energi baru terbarukan. 

Optimalisasi energi lokal berbasis energi baru terbarukan diharapkan akan memperbaiki kinerja bauran energi sekaligus menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP). 

Rencana pembangunan pembangkit listrik  menuju rasio elektrifikasi 100 persen di Provinsi Papua dan Papua Barat diperkirakan  menelan investasi sekitar Rp 1,9 triliun. Indradi mengatakan, PLN tak berorientasi pada keuntungan bisnis semata dalam melistriki wilayah Indonesia timur. “Papua adalah bagian dari  NKRI yang harus diperlakukan secara adil dan setara," kata dia. 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement