REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memprediksi perusahaan rintisan teknologi atau startup bidang kesehatan berpotensi besar menjadi unicorn selanjutnya. Sebab, menurut Rudiantara, anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk bidang kesehatan dalam APBN 2020 lebih dari Rp 100 triliun, bahkan kemungkinan mencapai Rp 120 triliun.
"Kalau bisa dapat 5 persen saja dari situ, itu kan sudah hampir Rp7-8 triliun GMV, dengan itu potensi untuk menjadi unicornnya lebih cepat," ujar Rudiantara saat menghadiri kerja sama startup Halodoc dengan BPJS Kesehatan di Jakarta, Kamis (10/10).
"Karena di Undang-Undang kita 5 persen APBN itu harus dibelanjakan untuk kesehatan, pasti banyak yang bisa di-improve, pasti banyak cara proses yang bisa diperbaiki," lanjut dia.
Lebih lanjut, selain bidang kesehatan, Rudiantara juga melihat potensi besar bagi startup bidang pendidikan untuk menjadi unicorn. Sebab, dana yang dikucurkan pemerintah untuk bidang tersebut juga tidak sedikit.
"Edu-tech itu begini, satu tahun pemerintah saja belanja 500 triliun lebih, belum lagi swasta," kata Rudiantara.
Rudiantara berharap dalam lima tahun ke depan setidaknya ada dua edu-tech yang menjadi unicorn di Indonesia, bahkan salah satunya menjadi decacorn.
Lebih dari itu, Rudiantara memprediksi tahun depan Indonesia akan memiliki empat hingga lima unicorn baru.
"Tahun ini lima sudah pasti, kita berharap satu lagi hingga akhir tahun, ada enam, kalau empat ya berarti ada 10 sampai akhir tahun 2020," ujar Rudiantara.
Indonesia saat ini telah memiliki lima startup yang memiliki valuasi sedikitnya 1 miliar dolar AS, atau disebut unicorn, yakni Gojek, Traveloka, Tokopedia, Bukalapak dan OVO. Sementara itu, Gojek saat ini telah telah memiliki valuasi sedikitnya 10 miliar dolar AS, atau telah menjadi decacorn.