REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pelemahan sektor manufaktur yang terjadi di Indonesia diprediksi bakal memperlambat pertumbuhan ekonomi tahun 2019 sebesar 0,1 persen. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, pelemahan manufaktur dan pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari situasi global saat ini.
Sekretaris Jenderal Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono, menuturkan, dengan prediksi pelemahan 0,1 persen, pemerintah berharap agar pertumbuhan ekonomi nasional tidak sampai negatif hingga ke bawah 5 persen.
"Mungkin pertumbuhan ekonomi turun 0,1 persen. Tapi kita harapkan pertumbuhan 2019 tidak sampai di bawah 5 persen," kata Achmad kepada wartawan di Padang, Selasa (8/10).
Menurut Sigit, pemerintah masih meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2019 akan berada pada level 5,1 persen-5,2 persen. Karenanya, jika pertumbuhan mengalami perlambatan 0,1 persen akibat pelemahan manufaktur, akumulasi pertumbuhan ekonomi tidak akan minus ke level 4 persen.
Sebelumnya, lembaga riset internasional, IHS Markit menyatakan, purchasing manufacturing index (PMI) pada kuartal III 2019 hanya 49,2. Angka itu merupakan yang terendah sejak akhir tahun 2016. Angka PMI yang berada di bawah 50 menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur tengah mengalami penurunan produksi.
Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi nasional juga dibayangi risiko. Menurut data Badan Pusat Statistik pertumbuhan masih di bawah 5,1 persen. Pada kuartal I 2019, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,07 persen sedangkan kuartal II turun menjadi 5,05 persen. Secara year on year, pertumbuhan tersebut juga lebih rendah.
Achmad mengakui bahwa amat banyak faktor yang membuat Indonesia tertekan dari sisi eksternal. Itu membuat volume produksi dari industri manufaktur secara nasional ikut menurun menyesuaikan permintaan. Terlepas dari tekanan global yang masih terjadi, Kemenperin tetap fokus dalam upaya digitalisasi sektor industri sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
Digitalisasi industri diyakini dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi secara keseluruhan. Tujuan akhir dari digitalisasi, pemerintah menargetkan pada tahun 2030 pertumbuhan sektor industri bisa naik 1-2 persen. Kontribusi sektor industri terhadap produk domestik bruto bisa mencapai 25 persen dari posisi tahun 2018 sebesar 19,86 persen.