REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk menyelenggarakan Sayembara Gagasan Desain Arsitektur Masjid Apung Taman Impian Jaya Ancol. Kick off sayembara tersebut diselenggarakan kemarin, Senin (30/9) lalu.
Berlokasi di Candi Bentar Putri Duyung Resort Ancol, kegiatan tersebut dikemas dalam sebuah diskusi Ngobrol @Tempo “Menemukan Konsep Desain Arsitektur Asli Masjid Indonesia”, yang menghadirkan Arsitek Profesional Fauzan AT Noe'man dan Perwakilan Juri Achmad Noerzaman yang juga merupakan Presiden Direktur PT Arkonin.
Fungsi dan tujuan sebuah masjid menjadi langkah pertama yang wajib dipikirkan arsitek saat merancang tempat ibadah tersebut. Fauzan AT Noe'man mengatakan bahwa masjid pada hakikatnya harus memenuhi sejumlah kriteria, antara lain sesuai dengan fungsi dan tujuan.
Karena untuk tempat ibadah, jadi didasarkan pada takwa. Berikutnya, menghindari identitas yang terpengaruh agama lain. Masjid juga tak boleh mubazir, tapi tak boleh melupakan estetika.
Desain arsitektur masjid menjadi perhatian selama beberapa tahun terakhir ketika muncul bentuk baru, yang disebut lebih kontemporer, dan meninggalkan paradigma lama masjid harus memiliki kubah.
Sementara, Achmad Noerzaman mengingatkan, Nabi Muhammad SAW membangun masjid pertama di Kuba dengan tiang dari batang pohon kurma. “Jadi tak ada kubah saat itu,” ujarnya.
Penjelasan Noerzaman pernah ditulis Keppel Archibald Cameron Cresswell dalam bukunya Early Muslim Architecture. Cresswell yang membuat rekonstruksi ulang menemukan masjid yang dibangun Nabi Muhammad kala itu sangat sederhana, hanya berbentuk segi empat dengan dinding sebagai pembatas di sekelilingnya.
Kubah yang seolah jadi simbol Islam baru muncul belakangan. Di Indonesia, kubah masjid dipakai pada era kesultanan Aceh sekitar tahun 1823-an.
Sebelumnya, masjid justru menyerap bentuk bangun daerah sekitar. Misalnya, di Jawa bentuk atap limas dan segitiga lazim dipakai. “Jadi jangan bilang bukan masjid kalau nggak ada kubah,” ujar Noerzaman.
Dalam kesempatan tersebut Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Agus Sudarno menjelaskan, gagasan sayembara berdasarkan visi tempat rekreasi tersebut yang ingin menyediakan semua kebutuhan pengunjung sekaligus memberi kesempatan pada arsitektur muda menunjukkan kemampuannya.
Hal ini bukan tanpa alasan, walaupun di kawasan wisata Ancol kini telah memiliki sejumlah Masjid dan Musholla sebagai sarana ibadah, tidak dapat dipungkiri pada saat peak season atau masa musim liburan sarana ibadah ini masih terasa kurang, sehingga seringkali dibuatkan sarana ibadah tambahan yang nonpermanen di sejumlah titik wisata.
“Kami mengharap lomba ini jadi wadah bagi siapa pun, bahkan generasi milenial untuk menampilkan karyanya. Ini merupakan panggung untuk mereka. Ancol menyediakan sarananya dan silakan dimanfaatkan. Bikin rancangan masjid yang mewakili generasi kalian,” ujar Agus Sudarno.
Lomba sayembara ini berhadiah puluhan juta rupiah, rinciannya sebagai berikut Pemenang I mendapatkan Rp 60 juta, Pemenang II memperoleh Rp 20 juta, Pemenang III dan IV menerima Rp 15 juta, serta finalis terpilih masing-masing Rp 5 juta.
Dari seluruh karya yang masuk, akan dipilih delapan karya terbaik sebagai finalis. Mereka diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan karyanya dan akomodasi finalis ditanggung penyelenggara.
Lomba ini boleh diikuti seluruh lapisan masyarakat, terkhusus pelaku desain. Harapannya, desain yang terpilih sebagai pemenang dapat diimplementasikan lebih lanjut.
Masjid Apung Ancol, menurut Agus Sudarno, bakal dibangun di pantai timur Ancol dengan luas mencapai 2.000 meter persegi. Kajian menyeluruh, termasuk keamanan terhadap bencana alam akan dilakukan seiring keberlangsungan sayembara hingga pemenang lomba terpilih.
Dewan juri yang terlibat yakni, Achmad Noerzaman, Tateng K. Djajasudarma, selaku Direktur Wiratman Architecture, dan anggota IAI, Puguh Harijono. Jika berminat segera daftar lewat alamat berikut: bit.ly/infomicrositeancol.