REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia melanjutkan kembali perawatan pesawat Sriwijaya Air Group. Keputusan ini diambil setelah kerja sama manajemen antara Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia Group kembali terjalin.
“Maka dengan dilanjutkannya KSM ini tentunya GMF juga akan terus melanjutkan memberikan pelayanan operasional penerbangan pesawat Sriwijaya Air penuh termasuk juga NAM Air,” kata Direktur Utama GMF Tazar Marta Kurniawan dalam konferensi pers di Tangerang, Banten, Selasa (1/10).
Perawatan pesawat pun langsung dilakukan pada hari ini Selasa (1/10) untuk pesawat Sriwijaya Air dan NAM Air. "Jadi mulai hari ini kita langsung akan melakukan penanganan terhadap pesawat Sriwijaya dan NAM Air,” katanya.
Pada hari ini Selasa (1/10) Garuda Indonesia Group dan Sriwijaya Air Group telah mencapai kesepakatan untuk melanjutkan kerja sama manajemen (KSM), untuk melanjutkan kerja sama pelayanan operasional Sriwijaya.
Menurut Tazar, kelanjutan kerja sama tersebut bukan hanya untuk kepentingan kedua pihak sebagai pelaku industri, melainkan juga menguntungkan pengguna jasa. “Jadi GMF sesuai dengan komitmen kita selalu mengedepan aspek safety dan quality, dan juga dalam rangka tadi untuk bisa memuaskan semua pihak yang berkolaborasi kami harapkan kerja sama ini, dilanjutkannya kerja sama ini bukan hanya untuk menguntungkan para pihak sebagai pelaku industri tetapi kita harapkan untuk kemudian ini juga memberikan keuntungan kepada masyarakat khususnya dalam jasa transportasi udara,” katanya.
Sementara itu, utang menunggak yang belum dibayarkan oleh pihak Sriwijaya Air Group, yakni mencapai Rp800 miliar. Nilai itu pula yang menyebabkan pemutusan kontrak perawatan pesawat sebelumnya karena dirasa sulit untuk dituntaskan.
Akibatnya, separuh dari pesawat Sriwijaya Air Group, baik Sriwijaya Air maupun NAM Air dinyatakan tidak laik karena tidak memenuhi syarat keselamatan mengingat jumlah mekanik, teknisi dan suku cadang yang terbatas.
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan merilis pada Senin (30/9) bahwa dari 30 pesawat yang seharusnya terbang per hari, 18 dinyatakan tidak laik terbang (grounded).
“Kita ‘kan pengawasan ketat setiap hari, dari 30 pesawat yang terbang cuma 12, berarti sistem kontrol kita dari Sriwijaya bagian quality-nya sudah ‘grounded’ 18 pesawat,” kata Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan Avirianto.
Direktur Operasional Sriwijaya Fadjar Semiarto mengatakan selain pesawat, setengahnya sudah tidak beroperasi, dampak dari itu adalah rute menjadi berkurang. “Apalagi frekuensi penerbangannya, turun rutenya yang diterbangi dari 245 jadi 110-120-an per hari,” katanya.