Selasa 01 Oct 2019 01:32 WIB

Putus Kerja Sama, Sriwijaya Air Utang Rp 800 M ke GMF

Selama ini Sriwijaya air memiliki sejumlah tunggakan kepada GMF.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nashih Nashrullah
Seorang calon pembeli berada di depan gerai penjualan tiket maskapai Sriwijaya Air di Jakarta, Senin (30/9/2019).
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Seorang calon pembeli berada di depan gerai penjualan tiket maskapai Sriwijaya Air di Jakarta, Senin (30/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Direktur Operasi Sriwijaya Air, Fadjar Semiarto dan Direktur Teknik Sriwijaya Air, Ramdani Ardali Adang, per hari ini, Senin (30/9) mengundurkan diri dari posisinya. 

Ramdani mengungkapkan ada beberapa kondisi yang dialami Sriwijaya Air setelah putus kerja sama dengan PT Garuda Maintenance Facilities (GMF) AeroAsia.   

Baca Juga

"GMF sudah putus (kerja sama) dari 25 September 2019," kata Ramdani di kawasan Sabang, Jakarta, Senin (30/9).   

Mengenai hal tersebut, Fadjar mengungkapkan selama ini Sriwijaya air memiliki sejumlah tunggakan kepada GMF. Meski utang tersebut sudah besar, kata Fadjar, Sriwijaya masih terus berupaya mencicilnya.

"Padahal risiko di GMF kalau ini nggak bisa dimitigasi tunggakan berpotensi macet. Jumlahnya sekitar hampir Rp 800 miliar," tutur Fadjar. 

Padahal, menurut Fadjar, selama ini meski utang besar namun kerja sama dengan GMF masjh bisa membuat Sriwijaya Air Group bertahan dan menyembuhkan kondisi keuangan. Sayangnya, kerja sama justru diputus. 

Dengan kondisi saat ini, pada akhirnya Fadjar dan Ramdani memilih mengundurkan diri. "Kalau kerja sama itu pimpinan ya, dari Garuda Indonesia Group, dan pimpinan Sriwijaya Air. Kami berdua (dengan Ramdani, di sini beban yang kita tanggung terlalu berat dalam hal ini risikonya," jelas Fadjar. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement