Ahad 29 Sep 2019 09:20 WIB

Penurunan DP Kredit Properti dan Kendaraan Stimulus Ekonomi

Penurunan DP kredit konsumtif untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi global.

Rep: Novita Intan/ Red: Nur Aini
Foto udara perumahan subsidi di Cicalengka Buana Raya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (6/9). Bank Indonesia (BI) melonggarkan loan to value (LTV) untuk kredit pemilikan rumah kedua sebesar 5-10 persen.
Foto: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
Foto udara perumahan subsidi di Cicalengka Buana Raya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (6/9). Bank Indonesia (BI) melonggarkan loan to value (LTV) untuk kredit pemilikan rumah kedua sebesar 5-10 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Bank Indonesia menyebut penurunan besaran uang muka atau down payment (DP) kredit properti dan kendaraan bermotor dapat memberikan stimulus perekonomian dalam negeri. Penurunan tersebut dinilai dapat menambah sisi permintaan dan menjaga peluang akselarasi laju pertumbuhan ekonomi domestik dapat terjaga dengan baik.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Onny Widjanarko mengatakan pelonggaran syarat uang muka kedua sektor kredit konsumtif diperlukan untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi global.

Baca Juga

”Kami ingin jaga momentum untuk ciptakan ruang-ruang pertumbuhan dengan mendorong sisi permintaan,” ujarnya kepada wartawan di Kuta, Bali, Sabtu (28/9).

Menurutnya, penurunan uang muka kredit properti dan kendaraan agar pertumbuhan dua industri tersebut juga memberikan efek berlipat terhadap sektor-sektor ekonomi lain seperti konstruksi dan batu bara.

"Uang muka dilonggarkan dan masyarakat mampu membayar lebih murah untuk memiliki rumah, agar tidak sekadar likuiditas yang dilonggarkan, tingkat suku bunga diturunkan,” ujarnya.

Di sisi lain, Onny menyebut saat ini pertumbuhan sektor konsumsi masih cukup baik meski tidak terlalu kuat. Adapun rata-rata pertumbuhan sektor konsumsi rumah tangga cukup positif sejak 2017 sebesar lima persen.

“Konsumsi rumah tangga masih stabil meskipun tidak kuat. Indeks keyakinan konsumen naik dan turun, tetapi masih cukup kuat, terutama konsumsi masyarakat penghasilan di atas 5 juta. Kemudian bagi masyarakat menengah dan bawah dibantu dengan bantuan sosial. Ini artinya konsumsi rumah tangga masih mampu untuk spending,” ujarnya.

Sedangkan, sektor konsumsi lembaga nonprofit juga masih positif di 15,27 persen meski menurun dari periode sebelumnya di 16,95 persen. Hal itu dikarenakan pertumbuhan konsumsi lembaga nonprofit ditunjang oleh masa pemilu.

"Ini naik karena kemarin ada pemilu. Tapi sudah tidak naik-naik lagi karena sudah tidak ada pemilu," ucapnya.

Sektor konsumsi pemerintah juga terus meningkat. Pada kuartal II 2019, konsumsi pemerintah mencapai 8,23 persen atau meningkat dari kuartal sebelumnya sebesar 5,21 persen. 

"Dari tahun ke tahun bansosnya dinaikin terus, sehingga ini berpengaruh terhadap konsumsi. Jadi kalau dilihat dari konsumsi ini masih menarik," ujarnya.

Sementara, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menambahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan berada pada kisaran 5,22 persen dan meningkat pada tahun depan menjadi 5,37 persen.  

“Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan ditopang oleh pertumbuhan konsumsi,” ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement