REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kementeri Pertanian (Kementan) berupaya meningkatkan ekspor guna meningkatkan pedapatan dan kesejahterakan peternak. Kementan mengklaim pasar ekspor daging ayam Indonesia terbuka luas di kancah global.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan I Ketut Diarmita menyampaikan, kebijakan peningkatan ekspor sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mewujudkan Indonesia pada Tahun 2045 menjadi lumbung pangan dunia. Kementan, kata dia, terus mendorong pelaku usaha khususnya perunggasan nasional agar mampu melakukan ekspor dan bersaing di perdagangan global.
"Dalam proses produksi perusahaan Integrator (eksportir) diminta dapat melakukan kemitraan dengan para peternak rakyat sehingga dapat maju bersama dalam usaha peternakan, karena pasar ekspornya terbuka," ungkap Ketut dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (24/9).
Misalnya, peluang pasar produk daging ayam Indonesia di negara Timor Leste masih terbuka lebar. Dari catatannya, pada 2018 Timor Leste mengimpor daging ayam sebanyak 4.537 ton atau senilai 6,183 juta dolar AS. Di mana sebagian besar importasi tersebut berasal dari Brasil.
Untuk itu menurutnya, Indonesia harus mampu memanfaatkan keuntungan sebagai negara tetangga agar terus melakukan ekspor dengan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk peternakan Indonesia. Dia menyebut saat ini Indonesia sudah melakukan ekspor ayam.
Salah satu ekspor ayam oleh Kementan dilakukan dengan melepas ekspor perdana daging ayam dari PT Ciomas Adisatwa (Japfa Group) yang berlangsung di Sidoarjo, Jawa Timur, baru-baru ini. Pelepasan ekspor ini dilakukan oleh Bupati Sidoarjo Saiful Ilah, Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan Ali Jamil, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Direktorat Kesehatan dan Peternakan Hewan (PKH) Kementan Fini Murfiani.
Momen pelepasan ekspor komoditas peternakan ini, kata dia, diharapkan dapat memotivasi pelaku usaha lain untuk berupaya melakukan percepatan ekspor komoditas peternakan lainnya melalui peningkatan kualitas produksi dan promosi ke negara lain.
Produksi peternakan khususnya unggas dan produk unggas, kata dia, berpotensi meningkatkan devisa negara dengan pertumbuhan volume dan nilai ekspor sejak tahun 2015-1018 terus mengalami rata-rata pertumbuhan per tahunnya mencapai 27,62 persen dan 35,03 persen.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Direktorat Kesehatan dan Peternakan Hewan (PKH) Kementan Fini Murfiani menyebutkan bahwa data Badan Pusat statistik (BPS) dan Pusat Data Kementan, total ekspor komoditas peternakan ke Negara Timor Leste tahun 2018 senilai 9.525.928,55 dolar AS, sedangkan data tahun 2019 bulan Januari sampai dengan Juli tercatat senilai 6.266.097 dolar AS.
Fini juga menjelaskan, proses ekspor komoditas subsektor peternakan ke negara Timor Leste dilakukan setelah sebelumnya Import Risk Analysis oleh Tim Delegasi Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 8-12 April 2019 ke farm Grati I di Pasuruan, Krian chicken slaughterhouse, processing plant di sidoarjo dan feedmill di Sidoarjo, kemudian di Bali dilakukan site visit ke unit hacthery di Baturiti.
"Hasilnya, kami mampu melepas ekspor perdana daging ayam produk PT Japfa Group dengan merk Best Chicken Ayam Utuh dengan berat 800-1.500 gram sebanyak 36,69 ton ke Negara Timor Leste" kata Fini.
Kepala Barantan Kementan Ali Jamil mengatakan, guna memacu ekspor pihaknya memberikan kegiatan bimbingan teknis ekspor produk pertanian dengan nama “Agro Gemilang” singkatan dari Ayo Galakan Ekspor Generasi Milenial Bangsa.
Dalam kegiatan itu, kata dia, Barantan memberikan bimbingan teknis, memberikan tools aplikasi, sistem audit SPS, sistem ketelusuran dan memberikan pemahaman tentang persyaratan SPS.
“Kegiatan ini selain bisa mencetak eksportir produk pertanian, juga membuka lapangan kerja,” ungkapnya.