REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai pasar kosmetik merupakan peluang besar yang bisa digarap perusahaan farmasi untuk menumbuhkan bisnis. Pasalnya, kedua industri ini memiliki banyak kesamaan termasuk dari segi bahan baku.
"Pada dasarnya, industri farmasi dan kosmetik itu hampir sama. Ketergantungan impor masih sangat tinggi, artinya secara industri permintaan dalam negeri masih belum terpenuhi," kata Enny, Jumat (20/9).
Enny mengatakan, kebanyakan produk kosmetik saat ini merupakan impor. Agar dapat bersaing dengan produk impor, perusahaan farmasi harus mulai dari sektor hulu dengan mendorong ketersediaan bahan baku.
Dengan kebutuhan bahan baku yang sama, menurut Enny, potensi untuk melakukan substitusi impor masih sangat tinggi sekali. Substitusi ini memungkinkan perusahaan melakukan efisiensi serta diversifikasi produk.
Sebagai salah satu contohnya yaitu dengan memanfaatkan produk turunan CPO. Selain untuk farmasi, lanjut Enny, produk turunan CPO juga bisa dimanfaatkan untuk bahan baku kosmetik.
"Memang harus ada integrasi bagaimana mengembangkan dan berkolaborasi dengan industri hulu. Kalau pemerintah memfasilitasi industri hulu, perusahaan farmasi pasti akan lebih kompetitif," tutur Enny.