REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah meminta pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur gas bumi di wilayahnya. Penggunaan energi yang lebih efisien sangat dibutuhkan seiring berdirinya sejumlah kawasan industri baru seperti di Kendal, Semarang, dan Ungaran.
Ketua Apindo Jawa Tengah Frans Kongi mengatakan, ketersediaan energi akan menjadi salah satu kunci utama kehadiran investor maupun pelaku usaha di Jawa Tengah. Oleh karena itu, ia sangat bersyukur PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melalui PT Pertagas membangun jaringan pipa gas transmisi dari Gresik menuju Semarang.
Proyek pembangunan pipa gas berdiamater 28 inchi sepanjang 267 kilometer (km) itu dinilai akan memberikan dampak positif bagi Jawa Tengah. Karena, selama ini para pelaku usaha di wilayah ini sangat tergantung pada BBM dan batu bara yang harganya fluktuatif.
Frans mengatakan, kehadiran proyek pipa transmisi itu akan dioptimalkan saat pasokan gas mulai masuk. Ia juga berharap pembangunan pipa distribusi yang akan mengalirkan gas ke konsumen akhir dipercepat.
"Pengusaha di Jawa Tengah sudah sejak lama menunggu hadirnya sumber energi alternatif selain BBM dan batu bara. Dengan adanya jaringan pipa gas bumi, kami berharap ketersediaan energi di Jawa Tengah semakin besar dan efisien," kata Frans Kongi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Rabu (18/9).
Pembangunan jalur pipa gas transmisi Gresik-Semarang merupakan tindak lanjut dari eksplorasi gas bumi di Blok Jambaran Tiung Biru (JTB) Bojonegoro, Jawa Timur. Proyek JTB dikelola oleh PT Pertamina EP Cepu (PEPC) dan telah ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).
Dengan kapasitas sales gas sebesar 192 MMSCFD, produksi gas JTB akan dialirkan melalui pipa Gresik-Semarang. Sesuai proyeksi, lapangan JTB memiliki kandungan gas hingga sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF). Selain memasok kebutuhan untuk Jawa Timur, gas dari JTB juga akan mengaliri PLTGU Tambak Lorok di Semarang dan pelaku usaha lainnya di Jawa Tengah.
Menurut Frans, para pelaku usaha di Jawa Tengah selama ini sudah sangat tertinggal dibandingkan pengusaha di Jawa Timur dan Jawa Barat yang telah lama menggunakan gas bumi. Dengan kualitas pembakaran yang stabil dan harga yang lebih efisien, gas bumi juga lebih ramah lingkungan. Semua industri di Semarang dan Jawa Tengah seperti tekstil, baja, makanan, minuman membutuhkan gas untuk bersaing.
"Harga gas mungkin lebih mahal daripada batu bara, tapi efisiensinya bisa sampai 30 persen. Sehingga tetap lebih menguntungkan dan ini akan membuat industri di Jawa Tengah bisa lebih kompetitif," imbuh Frans.
Kepala Dinas ESDM Jawa Tengah Sujarwanto Dwiatmoko menyambut baik masuknya gas bumi. Sebab, hingga saat ini sumber energi bagi para pelaku usaha di Jateng masih tergantung pada minyak dan batu bara.
"Selama ini industri Jawa Tengah kalah dengan pelaku usaha di Jabar dan Jatim yang gunakan gas bumi. Karena itu dengan adanya gas, industri di Jateng bisa bersaing," kata Sujarwanto.
Sujarwanto menambahkan, dengan menggunakan gas bumi, industri dapat menghemat biaya hingga 30 persen sampai 40 persen. Selain itu, tingkat pembakaran yang lebih terjaga membuat kualitas produk lebih baik. Itu sebabnya Sujarwanto berharap pembangunan jaringan trasmisi gas dari Gresik-Semarang dapat segera didukung dengan percepatan pipa distribusi yang menghubungkan ke konsumen.