Selasa 17 Sep 2019 17:12 WIB

Nurjanah Berjuang Bantu Suami dengan Usaha Jajanan

Nurjanah mendapat bantuan pinjaman dana usaha dari Amartha.

Mitra Amartha Nurjanah.
Foto: Amartha
Mitra Amartha Nurjanah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap pagi Nurjanah (35 tahun) bersiap-siap menuju pasar untuk membeli barang-barang yang akan digunakan untuk berjualan di sekolah. Ia membuka usahanya di salah satu kantin sekolah di Wilayah Bogor. Ia berjualan es, camilan, dan mi untuk para siswa Sekolah Dasar (SD).

Nurjanah berhenti berjualan di sekolah sejak tiga tahun lalu. Ia membuka usahanya di rumah dengan jenis usaha yang sama. Ia berhenti berjualan karena kelahiran anak keempatnya.

Baca Juga

”Anak pertama saya bekerja di luar kota, anak kedua baru saja masuk SMA, anak ketiga sekolah kelas 5 SD, dan yang terakhir saat ini berusia 2,5 tahun,” kata Nurjanah di rumahnya, kawasan Kemang, Bogor.

Sejak kehamilan anaknya yang keempat, Nurjanah harus menanggung banyak pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan kepala rumah tangga. Sang suami yang bekerja sebagai buruh serabutan tidak cukup memenuhi kebutuhannya dalam menghidupi keluarga.

“Saya itu sudah tiga tahun jadi ibu rumah tangga, jadi kepala rumah tangga juga. Bapak buruh serabutan, enggak setiap hari dapet uang,” tuturnya.

Banyaknya pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan anak sekolah membuat dirinya tidak bisa mengandalkan usaha jajanannya. Kemudian ia menaruh modal pada konter handphone milik bos tempat bekerjanya dulu. Dengan menaruh modal di konter handphone itu, ia mendapatkan uang dengan sistem bagi hasil.

Setiap bulan, ia mendapatkan Rp 1,5 juta dari konter ponsel tersebut. Untuk membuka usaha jajanan dan menaruh modal di konter ponsel, Nurjanah mendapat bantuan pinjaman dana usaha dari Amartha. Kini ia memasuki pinjaman yang kelima dengan besar pinjaman Rp 9 juta dan cicilan per minggu sebesar Rp 225 ribu.

Selama meminjam, ia tidak pernah telat membayar. Ia hanya mengalami kendala saat anak keduanya sakit tipes. Ia harus menunda pembayarannya selama dua minggu. “Saya enggak pernah terlambat bayar,” kata Nurjanah.

Di dalam benaknya, Nurjanah memiliki cita-cita untuk memiliki konter handphone sendiri di kota Bogor. Menurutnya usaha konter ponsel punya peluang yang besar di kota. “Saya berharap setelah pinjaman selesai, tidak perlu lagi menaruh modal di konter ponsel milik bos lagi karena saya akan memiliki konter hp sendiri,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement