REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGSITOLI -- Dalam rangka mengembangkan produk unggulan kopi di Gunungsitoli, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) melalui Direktorat Pembangunan Daerah Tertinggal mengadakan Festival Kopi Nusantara Sail Nias 2019. Hal tersebut diharapkan juga bisa mendorong kaum muda Nias kreatif dalam mengolah kopi.
Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Samsul Widodo mengatakan festival ini untuk mendukung Sail Nias, pemerintah daerah meminta Kemendes PDTT untuk ikut partisipasi terutama untuk mengembangkan kembali kopi Nias.
"Kopi Nias ini termasuk kopi tua, bagaimana kita mempromosikan kembali supaya ada proses peremajaan. Makanya dalam festival ini kita hadirkan berbagai tempat dari Bengkul, Gayo, Toraja, Flores, Jambi, Sambas, juga kopi-kopi yang dikelola BUMDes dan BUMDes Bersama," ujarnya dihadapan para awak media setelah meninjau booth pameran kopi di Taman Ya'ahowu, Kota Gunungsitoli, Kepulauan Nias (11/9).
Festival Kopi Nusantara Sail Nias 2019.
Dirinya melanjutkan, dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bersama tiap desa bergabung untuk pengembangan produk kopi pada tataran kawasan perdesaan dengan skala ekonomi yang lebih luas. Hal tersebut sesuai dengan program Kemendes PDTT yaitu pengembangan produk unggulan kawasan perdesaan (Prukades).
"Sebenarnya untuk proses peremajaan, produksi, packaging dan sebagainya bisa dikelola oleh BUMDes atau BUMDes Bersama dan harapannya kami selama di sini (5 hari penyelenggaran festival) akan ada pelatihan-pelatihan, kami mengundang anak-anak muda Nias belajar ke sini dan bertukar pengalaman," harapnya.
Samsul juga menjelaskan, mereka ada yang murni dari petani, organik, ahli, bahkan ada kopi untuk generasi milenial seperti kopi susu, ada juga kopi tarik dari gayo. Kedepan harapannya kopi Nias bisa lebih berkembang dan variatif.
"Ada 20 jenis kopi dari 20 daerah yang ditampilkan, cukup lengkap untuk mendorong generasi muda untuk belajar. Dari mulai petani, pengusaha kopi, expert. Dorong anak-anak muda untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan di sini," pesannya.
Adapaun pemilihan Gunungsitoli menjadi tempat diadakannya festival kopi, menurutnya dalam rangka mendukung acara Sail Nias. Melalui festival ini diharapkan kopi-kopi nusantara dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas.
"Mereka turun dari bandara Gunungsitoli, minum kopi dulu di sini, baru ke Teluk Dalam (acara puncak Sail Nias), disamping kita ingin Gunungsitoli jadi pusat pengembangan kopi," pungkasnya.
Sejalan dengan hal tersebut, Wali Kota Gunungsitoli, Lakhomizaro Zebua mengatakan kegiatan Festival Kopi Nusantara ini bisa berdampak pada perekonomian Gunungsitoli.
"Kita lihat kopi ini bagian dari hobbynya anak-anak muda. Tadi kami sudah keliling booth, yang mengelola kopi anak muda. Harapannya kedepan anak-anak muda di Gunungsitoli juga bisa mengembangkan produk kopi," terangnya. Menurutnya, ada yang menarik dari daerah lain penghasil kopi dari (yang pengelolanya) BUMDes.
"Dana desa bisa kita pakai juga untuk pengembangan kopi ini, kita gabung beberapa desa (BUMDes Bersama), misal modal bersama Rp 50 juta per desa nanti hasilnya untuk pengembangan kopi. Saya nanti ajak pengusaha-pengusaha yang hobby kelola kopi untuk berkomunikasi dengan barista dan ada pelatihan dengan pengolah kopi dari daerah lain, jadi memperkaya pengolahan kopi kita, misal tadi saya lihat ada kopi dengan gula aren, di kita banyak tuak Nias, nah permasalahan ini bisa terpecahkan," jelasnya.