REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga tahun lalu sang suami telah meninggal dunia, Suyanti (55 tahun) atau yang akrab disapa Ibu Yati ini, harus berjuang menjadi kepala rumah tangga. Beruntung, dia mempunyai usaha perabotan rumah tangga yang digelutinya sejak enam tahun lalu.
Usaha kecilnya ini cukup membantu kebutuhan keluarga sehari-hari. Dia menjual barang kebutuhan peralatan rumah tangga hingga jajanan anak-anak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para warga di sekitar rumahnya. Saban hari, dirinya bekerja sendiri di warung tersebut.
“Ya, selain jual perabotan rumah tangga seperti panci, sapu dan teko, saya jualan makanan tahan lama dan tidak cepat basi. Jual untuk anak-anak yang ingin camilan hingga bapak-bapak yang memerlukan rokok atau alat cukur. Saja juga jualan mainan anak-anak” kata Ibu Yati di Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, belum lama ini.
Saat ini, anak tunggalnya telah menikah dan mempunyai anak. Alhasil, dirinya bekerja sendiri di warung. Dia pun memilih usaha warung karena tidak memerlukan kerja dengan ekstra keras. Apalagi, dia harus bekerja sendiri di rumah. Ini karena, sang anak telah bekerja di perkotaan.
“Kalaupun ingin membuka warung makan akan membutuhkan banyak tenaga. Saya tidak memiliki cukup tenaga untuk itu. Saya juga usianya sudah 54 tahun, agak repot kalau bekerja yang berat-berat. Kadang-kadang anak saya datang kalau libur bantuin saya” ujarnya.
Dahulu mendiang suami bekerja sebagai pengelola traktor baja. Adapun traktor baja milik suaminya kini dikelola dan dirawat oleh tetangganya. “Setelah suami wafat, saya perlu menyambung hidup. Saya kemudian mulai memperbesar usaha pelan-pelan karena modal masih sedikit waktu itu,” jelasnya.
Warung Ibu Yati.
Warung yang dibangun di teras rumahnya itu tak pernah sepi pembeli. Beberapa warga sekitar membeli kebutuhan di warung tersebut. Suatu waktu itu, dia mempunyai kesulitan untuk memperbesar usahanya karena keterbatasan modal. Suatu ketika dia bertemu dengan salah satu petugas Amartha. Sejak itu, dia mendapatkan pinjaman modal usaha serta pelatihan mengelola keuangan dan berbisnis.
“Sudah kenal Amartha juga tapi dari teman-teman. Terus saya bertemu dengan petugas Amartha. Tanya-tanya lah saya. Ternyata, Amartha merupakan lembaga peminjam yang membantu para ibu untuk mengembangkan bisnis. Saya akhirnya tertarik,” ujarnya.
Untuk memperbesar usahanya, Ibu Yati meminjam dana usaha kepada Amartha sebesar Rp 3 juta pada 2016. Kemudian, pada 2017, dana usahanya bertambah menjadi Rp 5 juta.
“Sekarang sudah masuk angsuran ke-40. Kalau seminggunya itu saya bayar Rp 130 ribu. Saya maunya usaha saya semakin besar lagi nanti ke depannya,” ucapnya.
Setiap minggu, Ibu Yati berkumpul dengan para pelaku usaha mikro lainnya dalam sebuah majelis yang terdiri dari 15-20 orang untuk membahas perkembangan bisnisnya. Dia sangat terbantu dengan perkumpulan majelis yang dibentuk Amartha.
Dia juga semakin mengenal para ibu-ibu yang memiliki beragam usaha tersebut. Seperti diketahui, fintech aman dan terpercaya Amartha membentuk suatu kelompok di beberapa daerah. Perusahaan yang berdiri sejak 2010 ini mengembangkan upaya sistem tanggung renteng dengan membentuk majelis.
“Saya senang bisa berada di majelis. Karena saya jadi bisa mengerti bagaimana cara berusaha oleh teman-teman di Amartha,” tutupnya.
Ibu Yati masuk dalam nominasi 10 perempuan tangguh Amartha 2018. Dia tetap berjuang di usianya yang sudah menginjak 54 tahun. Meskipun, anak tunggalnya sudah bekerja dan berkeluarga. Perempuan tangguh ini tetap ingin bekerja di masa tuanya. Dia tetap bekerja dari pagi hingga malam di warung tersebut agar tidak membebani anaknya untuk membiayai seluruh kehidupannya.