Senin 09 Sep 2019 09:16 WIB

Petani Muda Beromzet Rp 500 Juta per Bulan

Dia berhasil memasok 25 hotel di Jawa Barat dan beberapa retail modern di Jakarta.

Petani memanen wortel. (ilustrasi)
Foto: Antara/Arnas Padda
Petani memanen wortel. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bekal usia muda dan berpendidikan tinggi tak membuat Sandi Octa Susila memilih jalur pekerjaan di luar pertanian. Alumni Institut Pertanian Bogoti (IPB) tersebut berusaha melanjutkan usaha ayahnya dengan skala yang lebih besar.

Sandi kini menggerakkan bisnis 373 petani, mengelola total 120 hektare lahan sayuran yang sebagiannya berafiliasi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta membawahi 50 karyawan. Dari bisnisnya, Sandi membuktikan menjadi petani milenial dapat menghasilkan omzet sekitar Rp 500 juta per bulan.

Baca Juga

Sandi memulai usaha sejak masih duduk di bangku kuliah. Awal terjun di dunia bisnis, Sandi melihat banyak hasil panen kebun sayur tidak maksimal diperjualbelikan. Bermodalkan salah satu situs jual beli daring, Sandi mendokumentasikan satu per satu hasil produksi ayahnya dan para petani di kampung halamannya.

“Saya memulai usaha pada 2015. Saat itu, masih semester 5. Saya ambil wortel, selada, beras, daun bawang, dan kentang dari lahan ayah saya sendiri dan beberapa hasil panen petani lainnya," kata Sandi, beberapa waktu lalu.

Tak berselang lama, Sandi sudah mampu melayani pesanan dari sebuah perusahaan makanan cepat saji. Dia mengaku, mampu membukukan usaha dengan omzet Rp 3 juta dan keuntungan sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per dua pekan. Saat itu, baginya, uang itu sudah terbilang besar.

Sandi fokus menjual produk pertaniannya kepada hotel, restoran, dan katering (horeka). Dalam kurun waktu empat tahun, komoditas sayur-mayur di bawah binaannya berhasil memasok 25 hotel di Jawa Barat dan beberapa retail modern di Jakarta.

Selain usaha budi daya lahan, Sandi juga membina Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) yang terbuka bagi seluruh masyarakat. Pada level bisnis, dirinya mengembangkan UD Mitra Tani Parahyangan yang didaulat sebagai perusahaan pemasok bahan baku hotel.

Dalam menerapkan harga jual, pemuda berusia 26 tahun ini menawarkan harga yang tetap menguntungkan petani. Kepiawaiannya merangkul petani, meyakinkan perusahaan, dan membangun kerja tim adalah kunci sukses Sandi.

photo
Sejumlah petani memanen kentang. (ilustrasi)

Terkait kondisi cuaca yang sulit diprediksi, Sandi memiliki kiat khusus agar suplai produk ke konsumen tepat waktu. Tak hanya mengatur pola tanam, waktu dan jumlah pesanan ke masing-masing petani sudah terjadwal baik.

“Kita atur betul-betul pola tanamnya. Kapan komoditas ini panen tepat pada saat dibutuhkan harus kita pantau. Jadi, di kantor HO (holding office) kami itu, PO (purchase order) diterima sejak pukul 08.00 pagi hingga 17.00. Setelah itu, kita rekapitulasi PO dan sebarkan orderan ke petani yang bekerja sama dengan kita," ujarnya.

Sandi bertekad terus mengembangkan bisnisnya. Bahkan, dalam waktu dekat, Sandi tengah mengembangkan inovasi agrowisata yang dibuka untuk para pengunjung studi banding, kuliah lapangan, hingga untuk umum dalam bentuk kelompok. Tidak hanya itu, Sandi juga tengah mengkaji bisnis ekspor ke Timur Tengah.

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan Agung Hendriadi mengatakan, kemudahan berinvestasi di sektor pertanian telah mendukung kondusivitas iklim usaha. Hal itu membuat usaha pertanian terus mengalami perbaikan.

Meskipun, kata Agung, jumlah petani tradisional terus menurun, tapi rata-rata produksi komoditas pangan pokok mengalami kenaikan yang diikuti dengan inflasi pangan yang rendah. "Berarti, ada efisiensi dalam produksi dan ada perhatian kepada Indonesia bahwa pemerintah serius memikirkan nasib pertanian," ujar dia. n imas damayanti/dedy darmawan nasution ed: ahmad fikri noor

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement