REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Executive Officer (CEO) Syariah Indonesia (SI) LLC, Hartadinata Harianto menilai peluang bisnis syariah di Indonesia sebenarnya sangat besar. Namun, pria yang tinggal New York, Amerika Serikat (AS) ini heran mengapa bisnis berbasis syariah di Malaysia justru lebih berkembang.
Padahal, menurut dia, Indonesia sepuluh kali lebih besar dari Malaysia dan memiliki penduduk yang sangat besar. “Orang AS mengira Malaysia lebih besar dibanding Indonesia. Padahal justru sebaliknya. Karena itu saya ingin Indonesia maju. Saya ingin bantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” ujar Hartadinata dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (8/9).
Untuk membantu Indonesia, pria berusia 25 tahun ini dalam waktu dekat ini akan menjalankan proyek pembangunan berbasis syariah di Indonesia, yang pembiayaannya didanai oleh Syariah Indonesia (SI) LLC. Adapun proyek pembangunan berbasis syariah tersebut, meliputi bidang Properti Syariah, HealthCare Syariah (Rumah Sakit & Klinik), Halal Tourism (Haji & Umroh ) dan Agro Bisnis.
Hartadinata berpandangan bahwa dalam ekonomi syariah terdapat cara bisnis yang baik, mengedepankan win-win, dan bukan untuk merugikan. Karena itu, dia memilih untuk mengembangkan ekonomi berbasis syariah di Indonesia.
“Di Amerika, banyak sekali investment company yang orientasinya hanya mengejar profit semata. Secara bisnis dan keuangan, memang itu strategi yang efektif. Tapi saya, ayah saya, serta tim saya, merasa bisnis yang orientasinya semata profit bukan bisnis yang baik. Saya tidak mau ada satu pihak yang diuntungkan secara maksimal, tapi disisi lain ada pihak yang dirugikan,” ucap Hartadinata.
Jika memahami prinsip fundamental dari syariah, win- win for every one menjadi sebuah alasan utama kenapa Hartadinata tertarik dengan syariah. Hartadinata mengaku tidak tertarik jika prinsip menang hanya untuk dirinya, sedangkan orang lain kalah.
“Sejak kecil saya sudah diajarkan oleh ayah saya, untuk tidak melukai dan merugikan orang lain. Saya bisa menerima kerugian, tapi saya tak boleh merugikan orang lain," kata CEO Stern Group (SR) ini.
Menurut dia, ayahnya besar di Lamongan dan memiliki banyak teman dari kalangan muslim, sehingga ayahnya mengetahui pribadi seorang muslim sejak anak-anak. Sementara, Hartadibata sendiri besar di New York dan Singapura, sehingga banyak memiliki teman muslim, katolik, dan Buddha.
Besar di New York dan berlatar pendidikan di sana, Hartadinata melihat bahwa syariah bukan hanya diterima oleh mereka yang non muslim, tapi juga mendapat apresiasi dari mereka. Karena itu, dia dan ayahnya pun merasa jengkel ketika muncul Islamophobia di negara Barat.
“Kami bisa respek dengan filosofi agama, termasuk syariah. Bagi saya, syariah adalah right way,” jelas pria yang mengaku terinspirasi dengan Ustadz Valentino Dinsi ini.