Kamis 29 Aug 2019 15:45 WIB

Amartha, Aplikasi Friendly Bagi Emak-Emak Wirausaha

Amartha hanya memberi pembiayaan untuk ibu-ibu dengan usaha ultra mikro.

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Eno mendapat pinjaman dana usaha dari Amartha.
Foto: Amartha
Eno mendapat pinjaman dana usaha dari Amartha.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zaman digital menuntut masyarakat untuk dinamis dan peka terhadap perkembangan teknologi. Tak ada batasan umur ataupun jenis kelamin, semua orang kini bisa mengakses internet dengan mudah termasuk kaum 'emak-emak'.

Saat ini teknologi juga memudahkan mereka untuk memulai wirausaha khususnya yang tinggal di pedesaan. Salah satunya layanan pinjaman online PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) yang mengembangkan aplikasi friendly terutama ibu rumah tangga.

Baca Juga

Chief Commercial Officer Amartha Hadi Wenas mengatakan aplikasi ini turut mengedukasi literasi keuangan, bagi mereka yang tinggal jauh dari layanan perbankan. "Aplikasi kami memang dibuat mudah oleh tim karena kami konsisten mengedukasi ibu-ibu di pedesaan," ujarnya saat acara Amartha Village Tour Klaten, Yogyakarta, Kamis (29/8).

Menurutnya Amartha hanya mengucurkan pembiayan ke ibu-ibu yang memiliki profesi sebagai pengusaha skala ultra mikro. “Berdasarkan riset kami, perempuan yang sudah berkeluarga memiliki tingkat konsumsi yang rendah. Apa yang ada di benak mereka adalah membantu perekonomian keluarga mereka,” ucapnya.

Wenas menjelaskan Amartha melakukan pendampingan hingga pelatihan bagi mitra atau nasabah. Selain mengedukasi, agar mitra tetap mampu membayar biaya cicilan.

"Pendampingan dan pelatihan pun berupa peningkatan bisnis, keuangan, manajemen hingga pemasaran," ucapnya.

Adapun proses pendampingan tersebut biasa disebut Majelis Amartha. Pembentukan majelis ini terdiri dari 15 orang - 20 orang yang tinggal berdekatan.

Kemudian pengajuan pinjaman didasari atas rencana usaha dan profil calon peminjam. Pengajuan akan dievaluasi sistem skor kredit lalu apabila disetujui dan didanai maka tim Amartha akan memfasilitasi akad.

"Pertemuan minggu wajib untuk kelompok Majelis Amartha selama masa pinjaman agar memiliki semangat gotong royong serta mengetahui perkembangan usaha tiap anggota. Pertemuan akan difasilitasi oleh tim lapangan," jelasnya.

Pinjaman mudah dan ringan

Amartha mengunjungi sejumlah mitranya yang berupa usaha mikro dan kecil yang menjadi nasabahnya di daerah Klaten, Jawa Tengah. Sebanyak tiga lokasi menjadi tujuan kunjungan di kawasan tersebut.

Ketiganya merupakan UMKM yang sukses berkembang usai mendapat pendanaan modal dari Amartha. Pertama, warga Ceper Klaten Sri Wahyuni yang mengembangkan usaha kerajinan tali.

Perempuan dengan dua anak ini menjadi mitra Amartha sejak 2014 lalu dengan pinjaman modal sebesar Rp 3 juta. "Pertama saya pinjam tiga juta, lalu diberikan pendampingan untuk aplikasi pinjaman online. Sekitar dua hari diberikan bimbingan terus mengerti dan mudah menggunakannya," ucapnya.

Hingga kini di tahun kelimanya, Sri Wahyuni berhasil mengembangkan usahanya dengan omzet mencapai puluhan juta per bulannya. Dari keuntungannya ini, Sri dan suaminya dapat membiayai pendidikan sekolah anaknya dan mengembangkan usaha pada bidang kerajinan pipa paralon dan rel gordyn.

"Kami memasarkan di luar Pulau Jawa seperti Bali," ucapnya.

Selain Sri, ada pula Titik Supartina warga Prambanan yang berhasil memberdayakan warga sekitarnya. Titik dan timnya memberikan edukasi tentang pembuatan batik tulis modern dan tradisional.

Dengan modal pinjaman awal sebesar Rp 1 Juta, Titik mampu mengembangkan kemampuan perempuan sekitarnya dengan memberikan upah sekitar Rp 200 ribu - 400ribu per lembar kain batik yang dihasilkan. "Batik telah banyak dipasarkan baik kepada wisatawan dalam negeri maupun mancanegara," katanya.

Pengusaha perempuan lainnya, Pariyah warga Randusari Prambanan yang membuat usaha pembuatan keripik dan stik yang terbuat dari buah sukun. Pariyah bergabung menjadi mitra Amartha sejak tiga tahun lalu, Pariyah berhasil mengubah bisnisnya dari sebatas mengirim sukun mentah menjadi panganan khas yang banyak diminati. "Kami sudah ekspor ke Jepang," ujar Pariyah.

Menurutnya produksi per hari bisa mencapai 1 kuintal - 2,5 kuintal keripik dan stik sukun dengan nominal mencapai Rp 3,5 juta -8,5 juta per harinya. "Saya mengajak saudara dan tetangga menjadi karyawan sejumlah 12 orang," ucapnya.

Investasi dan beramal

Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto menambahkan tiga UMKM ini merupakan beberapa contoh sukses mitra Amartha yang berhasil memanfaatkan peminjaman dana dengan mengembangkan usaha bersama lingkungan sekitarnya.

Menurutnya bagi hasil beban bunga yang diberikan ke peminjam besarannya sekitar lebih 25 hingga 30 persen per tahun. Dari situ 15 persennya untuk Amartha dan 15 persennya lagi untuk investor (lender).

"Kalau diperhatikan secara logika, skema bagi hasil yang terjadi di Amartha memang sangat masuk akal. Sebagai perantara, mereka juga akan mendapatkan keuntungan dari sistem bagi hasil," jelasnya.

Proses monetisasi Amartha sebagai perusahaan penyalur dana pinjaman modal usaha cukup jelas. Jika perusahaannya bisa untung, maka investor juga bisa mendapatkan keuntungan. "Intinya, bisnis Amartha bukan bisnis yang sifatnya bakar-bakar duit lho ya. Khususnya bakar duit buat promo," ucapnya.

Fintech Amartha tentunya sudah mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor KEP-46/D.05/2019 berlaku secara permanen. Maka melalui izin ini bisa menentukan kredibilitas suatu perusahaan P2P lending.

"Karena tanpa adanya izin ini, tidak ada yang bisa menjamin produk suatu perusahaan P2P lending dinyatakan aman untuk digunakan oleh usernya," ucapnya.

Di sisi lain kredit macet dari fintech Amartha sangat kecil yakni di bawah satu persen. Terhitung pada 28 Agustus 2019, perusahaan P2P lending ini sudah melakukan penyaluran kredit sebesar Rp 1,2 triliun ke 270 ribu pengusaha ultra mikro.

Jika rasio kredit macetnya cuma satu persen, maka 99  persen pinjaman yang disalurkan Amartha cukup terkendali. Adapun kredit yang disalurkan Amartha adalah kredit modal usaha.

"Bukan kredit konsumtif lho. Intinya, sama saja dengan memberi pinjaman dana ke orang lain yang sifatnya produktif," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement