REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian berkomitmen meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu buah. Berdasarkan angka statistik, produksi buah nasional pada 2017 sebesar 19,6 juta ton meningkat menjadi 20,3 juta ton atau mengalami kenaikan sebesar 3,5 persen pada 2018. Pisang, nanas, mangga, melon, semangka, salak, manggis, rambutan, buah naga, alpukat dan durian termasuk buah-buahan berpotensi ekspor.
Pada 2018, angka Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) hortikultura naik 3,6 persen begitu juga dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang naik 36,2 persen jika dibandingkan tahun 2014. Di tahun yang sama, upaya pemerintah untuk menggenjot ekspor hortikultura pun berbuah manis, volume ekspor naik 10,4 persen dari 394 ribu ton menjadi 435 ribu ton dengan nilai Rp 6,30 triliun.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), pada 2018 terdapat kenaikan untuk komoditas buah yaitu manggis naik mencapai 285 persen, mangga 123 persen, dan salak 29 persen sedangkan komoditas sayur masih didominasi kapulaga 27 ribu persen, kacang panjang 2,7 ribu persen dan wortel 382 persen. Untuk komoditas florkultura, bunga lili naik mencapai 693 persen.
Bahkan pertama kali dalam sejarah Indonesia, neraca perdagangan durian surplus 735 ton di tahun tersebut, sebelumnya pada 2017 surplus sebesar 232 ton. Negara tujuan ekspor untuk produk hortikultura tidak lagi terpusat di negara tetangga namun mampu merambah ke Asia pasifik, Amerika, Uni Eropa, Timur Tengah bahkan Afrika. Terhitung produk hortikultura Indonesia berhasil menembus 113 negara.
“Durian lokal telah tembus ke pasar manca negara. Tercatat lebih dari 1000 ton durian Indonesia telah diekspor ke berbagai negara seperti China, Hongkong, Malaysia, Vietnam, Timur Tengah, Saudi Arabia, Qatar hingga negara Eropa seperti Belanda dan Portugal,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (28/8).
Sampai saat ini, kata Prihasto, sudah 104 varietas durian terdaftar di Kementerian Pertanian sebagai varietas unggul. Itu belum termasuk varietas baru yang belum terdaftar namun terbukti memiliki keunggulan sebagai juara dari berbagai kontes dan lomba di tingkat daerah maupun nasional.
Beberapa varietas unggulan nasional di antaranya adalah Berbagai jenis durian lokal antara lain durian Bido, Matahari, D 168, Bawor, Pelangi, Srombut, Petruk, Pelangi, Madu Racun, Bangau, Mas, Sitokong, Sunan, Petruk, Perwira, Tembaga, Matahari, Kajang, Bentara, Menoreh Kuning, Bestala, Ripto, Bawor (Kromo Banyumas), SoJ (Sunrise of Java/Durian Merah), MK Hortimart dan sebagainya.
“Pengembangan durian ke depan diharapkan dapat memenuhi permintaan dalam negeri, menekan impor bahkan meningkatkan ekspor. Program pengembangan kawasan durian yang dilakukan Kementerian Pertanian telah dimulai sejak 2012 tercatat seluas 4.155 hektare di berbagai sentra produksi utama,” jelas pria yang akrab dipanggil Anton ini.
Anton menjelaskan, sejak 2016 Ditjen Hortikultura menginisiasi pengembangan kawasan buah komersial terintegrasi dengan pola inti plasma yang bekerja sama dengan swasta. Pengembangan kawasan buah terintegrasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan kualitas sebagai upaya memenuhi permintaan konsumen.
Sasaran dari pengembangan kawasan buah yakni peningkatan produksi, peningkatan daya saing, peningkatan ekspor, subtitusi impor dan meningkatnya kesejahteraan petani. Peningkatan kualitas dan daya saing buah pada suatu kawasan dicapai melalui penerapan GAP/SOP dan GHP dan didukung tersedianya sarana produksi, sarana prasana budidaya serta kegiatan pendukung lainnya.
“Pengembangan buah komersial dilaksanakan di 6 provinsi/kabupaten dengan total luas 125 hektare sejak 2016 lalu. Pelaksanaan kebun komersial dan pengembangan skala orchard dilakukan dengan melibatkan avalis (pelaku usaha) yang terlibat dan pendamping baik dari Perguruan Tinggi atau instansi terkait lainnya. Kebun buah durian terdapat di Kabupaten Pati dengan komoditas durian seluas 20 hektare dan Kabupaten Kebumen seluas 10 hektare adalah contoh suksesnya,” jelasnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Pengembangan durian di Kalimantan Barat
Provinsi Kalimantan Barat terkenal sebagai produsen durian yang pada 2018 menghasilkan lebih dari 25 ribu ton. Varietas unggulan di antaranya Srumbut, Aspar, Rajamabah, Lokad dan sebagainya tersebar di berbagai daerah seperti Sanggau, Melawi, Sambas, Mempawah dan Bengkayang.
Dukungan pengembangan kawasan durian dari Kementerian Pertanian dilakukan sejak 2012 hingga sekarang. Lebih dari 300 hektare kawasan durian telah dikembangkan di Kabupaten Sanggau, Sambas dan Bengkayang baik untuk kawasan reguler maupun kawasan di perbatasan Malaysia. Pada 2019 melalui program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera mengalokasikan 300 benih durian atau setara 3 hektare untuk 300 orang yang tergabung dalam 10 kelompok Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Kabupaten Sambas.
Guna mendorong produktivitas, Direktorat Jenderal Hortikultura tengah mempersiapkan terobosan baru bernama Grand Design Hortikultura. Konsep berbasis korporasi ini akan dilaksananakan selama lima tahun terhitung 2020 – 2024 dengan skala luas. Korporasi hortikultura ini dilaksanakan dengan mengembangkan one region one variety (OROV). Kawasan korporasi menggabungkan sentra-sentra kecil menjadi satu kesatuan tangguh diperkuat dengan pendampingan dan teknologi.
Untuk pengembangan kawasan korporasi komoditas durian di Provinsi Kalimantan Barat lokasi yang terpilih adalah Kabupaten Sanggau seluas 100 hektare. Harapannya dalam beberapa tahun ke depan durian Indonesia akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri bahkan mampu menjadi raja di pasar internasional.
"Hortikultura saat ini keberadaannya tidak jauh beda dengan satu batang lidi, kecil dan menyebar. Seandainya bisa bersatu menjadi sapu lidi, luar biasa kekuatan kita. Saya ingin ke depan hortikultura seperti itu. Bersatu, kuat dan bisa bermanfaat dengan cara berbasis korporasi tadi, one village one priority, sehingga daya tawarnya mempunyai taring sampai ke luar negeri. Tentunya kami sangat membutuhkan banyak dukungan pihak lain. Harus kerja bareng," terang Anton.
Program ini memerlukan sinergitas antar Direktorat lingkup Ditjen Hortikultura. Contohnya untuk program pengembangan kawasan durian berdaya saing, Direktorat Buah menentukan kabupaten mana yang lahan dan agroklimatnya sesuai. Direktorat Perbenihan fokus menyediakan benih unggul bermutu. Direktorat Perlindungan mendukung dari aspek pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), serta Direktorat pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura akan masuk on farm, mutu (GAP, GHP), pasar (promosi, kemitraan, market intelligence).