Selasa 27 Aug 2019 18:00 WIB

BNI Pertahankan Pembiayaan Mayoritas di Korporasi

Porsi pembiayaan segmen korporasi dalam kisaran 50-55 persen dari total kredit.

Rep: LIda Puspaningtyas/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas menata tumpukan uang kertas saat melakukan persiapan pengisian ATM di cash center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Jakarta, Kamis (20/12). BNI menyiapkan uang tunai rata-rata sebesar Rp16,6 triliun per minggu untuk memenuhi kebutuhan uang tunai di mesin ATM dan outlet.
Foto: Dhemas Reviyanto/Antara
Petugas menata tumpukan uang kertas saat melakukan persiapan pengisian ATM di cash center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), Jakarta, Kamis (20/12). BNI menyiapkan uang tunai rata-rata sebesar Rp16,6 triliun per minggu untuk memenuhi kebutuhan uang tunai di mesin ATM dan outlet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mempertahankan pembiayaan untuk segmen korporasi dalam kisaran 50-55 persen dari total kredit. Direktur Tresuri dan Internasional BNI, Rico Rizal Budidarmo menyampaikan porsinya per paruh pertama 2019 mencapai 51,9 persen.

"Kita akan pertahankan (di korporasi) karena itu yang jadi keahlian kami sambil mengambil sektor dengan risiko rendah," kata dia.

Baca Juga

Sektor-sektor unggulan yang memiliki risiko relatif rendah, terutama ke sektor manufaktur, perdagangan, restoran dan hotel, serta jasa dunia usaha. Kredit korporasi BNI tersalurkan pada korporasi swasta dan BUMN, yang masing-masing tumbuh 27,8 persen (yoy) dan 24,9 persen (yoy).

 

Kredit yang dialirkan pada segmen usaha kecil mencatatkan pertumbuhan 21,5 persen (yoy). Termasuk di dalamnya adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang menjadi program utama pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Sementara untuk kredit segmen menengah tetap dijaga pertumbuhannya yang moderat yaitu sebesar 7,6 persen," kata dia.

Untuk segmen Konsumer, Kredit Tanpa Agunan (KTA) berbasis gaji masih menjadi kontributor utama pertumbuhan yaitu sebesar 12,8 persen. Sementara untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kartu Kredit masing-masing tumbuh sebesar 8,9 persen dan 4 persen.

Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh lebih kecil dari kredit, yakni sebesar 13 persen, dari Rp 526,48 triliun pada Semester I 2018 menjadi Rp 595,07 triliun pada Semester I 2019. Rasio dana murah atau CASA terjaga di level 64,6 persen dari total DPK.

 

Dalam upaya menghimpun dana murah tersebut, BNI terus mengembangkan layanan digital banking, meningkatkan sinergi dengan berbagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta mengembangkan layanan bagi lembaga pemerintahan.

"Peningkatan layanan digital juga meningkatkan Non Interest Income atau fee based income yang tumbuh 11,6 persen," katanya.

Sebesar 96,5 persen Non Interest Income BNI ditopang oleh recurring fee yang mencatatkan pertumbuhan 16,6 persen menjadi Rp 5,2 triliun. Pertumbuhan Non Interest Income ini berkontribusi sebesar 21,6 persen terhadap total operating income BNI pada Semester I tahun 2019.

      

Secara keseluruhan, BNI mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 7,63 triliun pada Semester I 2019 yang tumbuh sebesar 2,7 persen dari Rp 7,44 triliun. Aset tumbuh menjadi Rp 549,23 triliun dari Rp 457,81 triliun. Untuk kualitas aset, NPL Gross BNI tercatat membaik menjadi 1,8 persen pada Semester I 2019 dari periode yang sama di tahun sebelumnya 2,1 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement