Senin 26 Aug 2019 12:04 WIB

Pemerintah Kebut Pengembangan Industri Daur Ulang Plastik

Selain meningkatkan nilai tambah, industri daur ulang juga menghasilkan devisa.

Rep: Antara/ Red: Friska Yolanda
Pekerja sedang mensortir botol plastik di pusat daur ulang di Tangerang Selatan. Botol plastik PET bekas minuman bisa didaur ulang hingga 50 kali.
Foto: Istimewa
Pekerja sedang mensortir botol plastik di pusat daur ulang di Tangerang Selatan. Botol plastik PET bekas minuman bisa didaur ulang hingga 50 kali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berupaya terus mendorong pengembangan industri daur ulang plastik nasional dengan mendukung pertumbuhan industrinya. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan bahan baku bagi sejumlah sektor manufaktur di Indonesia.

“Pengembangan industri daur ulang plastik di dalam negeri terus dikebut oleh pemerintah karena sebagai upaya strategis untuk substitusi bahan baku impor karena kebutuhan bahan baku plastik masih sangat tinggi,” kata Direktur Industri Kimia Hilir dan Farmasi Kemenperin Taufiek Bawazier lewat keterangannya di Jakarta, Senin (26/8).

Selanjutnya, sektor industri daur ulang juga dinilai akan mampu menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional. Selain meningkatkan nilai tambah, industri daur ulang juga bisa sebagai penghasil devisa.

“Saat ini, produk daur ulang plastik punya nilai ekonomi yang tinggi. Misalnya, menjadi bahan bangunan seperti pintu dan talang air, serta produk alat rumah tangga seperti ember dan gayung. Bahkan, telah menjadi bahan baku untuk memproduksi pakaian,” sebutnya.

Taufiek menyebutkan, saat ini ada 50 industri daur ulang di Indonesia yang telah berinvestasi sebesar Rp 2,63 triliun. Industri ini menyerap tenaga kerja lebih dari 20 ribu orang.

“Sementara itu, potensi ekspor dari produk hasil daur ulang akan menembus 441,3 juta dolar AS di tahun 2019 atau naik dari capaian tahun lalu sebesar 370 juta dolar AS. Jadi, sektor ini kami terus dorong karena punya orientasi ekspor,” ungkapnya.

Peluang pengembangan industri daur ulang plastik di Indonesia dinilai masih cukup besar. Ini mengingat daur ulang sampah rumah tangga masih berada di level 15,22 persen.

“Artinya masih ada jenis plastik yang belum dilakukan daur ulang. Pemerintah menargetkan, limbah plastik yang didaur ulang pada tahun 2019 ini bisa menyentuh hingga angka 25 persen,” tuturnya.

Menurut Taufiek, investasi industri daur ulang juga dirasa lebih murah jika dibandingkan dengan membangun industri petrokimia di Indonesia. Bahkan, dalam membangun industri pertrokimia, bisa memakan waktu yang cukup lama, minimal sampai tiga tahun untuk pabrik tersebut beroperasi.

“Kebutuhan baku industri daur ulang plastik sebanyak 913 ribu ton dipenuhi dari dalam negeri dan 320 ribu ton dari negara lain,” ujarnya.

Sementara itu, secara kebutuhan nasional, Indonesia memerlukan bahan baku plastik untuk produksi sebanyak 7,2 juta ton per tahun. Sebanyak 2,3 juta ton bahan baku berupa virgin plasticlokal disuplai oleh industri petrokimia di dalam negeri seperti PT Lotte Chemical dan PT Chandra Asri Petrochemical.

Maka itu, industri plastik di Indonesia berperan penting karena menjadi rantai pasok produksi bagi sektor strategis lainnya. Contohnya bagi industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, serta elektronika.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement