REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan warga bisa meminimalisasi kesulitan dalam memanfaatkan lahan kosong dengan menyuplai bahan pokok ke industri kolaboratif, Garudafood dan Barry Callebaut, yang baru saja diresmikan pada Jumat (23/8).
Menurut dia, hal tersebut merupakan bentuk implementasi dari ekonomi Pancasila, di mana keadilan sosial tidak hanya bagi "industrial plantation" atau tanah perkebunan yang dimiliki industri.
"Yang terpenting adalah kebutuhan industri juga bisa disuplai oleh tanah-tanah yang dimiliki oleh penduduk," kata Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, saat meresmikan Pabrik Barry Callebaut di Pabrik Garudafood, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (23/8).
Dengan edukasi tata cara penanaman kepada masyarakat sekitar, kata dia, lahan-lahan perkebunan milik warga juga dapat diberdayakan oleh pemilik industri. "Penduduk diedukasi cara menanamnya, 'quality control'-nya, nanti di akhir sebuah proses bisa dibeli oleh industri, sehingga semua mendapatkan 'benefit economy'. Saya kira itu tujuan terbesarnya," kata dia.
Hadirnya Pabrik Barry Callebaut menambah daftar panjang para investor yang menjatuhkan pilihan lokasi usahanya di Jabar. Saat ini, lebih dari 60 persen perusahaan manufaktur skala nasional dan internasional ada di Jabar.
Dalam kesempatan yang sama, CEO PT Garudafood Putra Putri JayaHardianto Atmadja mengatakan kolaborasi dengan Barry Callebaut yang dimulai pada 2015, adalah salah satu strategi inovasi terbuka Garudafood dalam mendukung industri 4.0.
"Aktivitas Barry Callebaut yang luas di Indonesia berkontribusi pada perekonomian negara ini dan juga mendukung pencapaian Garudafood dalam memproduksi berbagai produk inovatif, terutama produk cokelat yang memiliki nilai tambah bagi konsumen di Indonesia dan luar negeri," kata dia.
Barry Callebaut dan Garudafood telah berkolaborasi dalam berbagai inovasi dan berencana untuk mengembangkan produk baru yang akan memenuhi pasar cokelat Indonesia yang terus berkembang.
Menurut Euromonitor, konsumsi tahunan cokelat per kapita di Indonesia hanya sekitar 300 gram, sedangkan permintaan cokelat meningkat karena volume penjualan permen cokelat tumbuh 3,4 persen pada 2018.