Kamis 22 Aug 2019 09:33 WIB

Ekonomi Lesu, BCA Tunda Salurkan Kredit Tinggi

Pada tahun lalu penyaluran kredit BCA tumbuh 12 persen - 14 persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Bank Central Asia
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
Bank Central Asia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk menyatakan tidak akan mengejar pertumbuhan kredit penyaluran kredit yang tinggi pada akhir tahun ini. Sebab gejolak ekonomi secara global memicu permintaan kredit mengalami penurunan.

Direktur BCA Rudy Susanto mengatakan pertumbuhan kredit pada tahun ini juga tidak akan setinggi tahun lalu. Pada tahun lalu penyaluran kredit BCA tumbuh 12 persen - 14 persen.

Baca Juga

“Strategisnya bukan mengerem kredit. Karena kondisi ekonomi global, jadi kita tidak bisa mengejar kredit seperti tahun lalu yang tumbuh 14 persen year-on-year (yoy)," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (21/8).

Kendati demikian, Rudi memperkirakan pada tahun ini permintaan kredit masih terbilang besar. Adapun pinjaman jenis BCA cenderung untuk menyalurkannya bersama dengan bank lain, atau sindikasi.

"Kita tidak pernah berubah strategi untuk kredit. Kalau ada fasilitas atau permintaan besar misalnya PLN sekali minta Rp 3 triliun - 4 triliun tidak mungkin kita masuk sendiri. Karena biasanya jumlahnya besar dan tenornya panjang. Kalau tanggung kita masuk sendiri," ucapnya.

Berdasarkan rencana bisnis bank, target pertumbuhan kredit perusahaan dipatok sebesar 8 persen - 10 persen. Adapun penyalurannya terdiversifikasi ke berbagai sektor ekonomi, sehingga meminimalisasi risiko konsentrasi kredit pada salah satu sektor tertentu.

Pada semester satu 2019, portofolio kredit BCA meningkat 11,5 persen secara tahunan menjadi Rp 562,2 triliun. Jika dirinci, kredit korporasi tumbuh 14,6 persen yoy menjadi Rp 219,1 triliun dan kredit komersial serta Usaha Kecil Menengah (UKM) meningkat 12,5 persen yoy menjadi Rp 189,2 triliun.

Sementara kredit konsumer meningkat 6,4 persen yoy menjadi Rp 152,0 triliun. Kredit beragun properti tercatat lebih tinggi, yaitu tumbuh 11,2 persen (yoy) menjadi Rp 90,7 triliun. Adapun kredit kendaraan bermotor turun 1,5 persen secara tahunan menjadi Rp 48,2 triliun.

Ke depan, Rudy menyampaikan perusahaan akan tetap menyalurkan kredit secara prudent untuk memitigasi risiko kredit. Per Juni 2019, perusahaan mampu menjaga kualitas kredit dengan rasio Non Performing Loan (NPL) yang berada pada level 1,4 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement